3 Cara Mengatasi Peer Pressure Pada Balita

Selama ini, kasus peer pressure banyak ditemukan pada pergaulan anak remaja. Percaya atau tidak, peer pressure pada balita juga bisa terjadi. Bahkan, masalah ini juga rentan membuat anak menjadi stres.

Peer pressure ternyata tidak mengenal umur. Tidak hanya remaja, anak-anak yang lebih muda juga mengalaminya. Hal ini merupakan efek dari bersosialisasi, seperti pergaulan di sekolah. Anak mempunyai dorongan alamiah untuk tampil dan berperilaku seperti teman-teman yang menurutnya keren.

Apalagi bila teman-teman sekolah yang dikagumi anak tampak bergerombol dan dikagumi anak-anak lain. Inilah yang menciptakan peer pressure pada balita. Bila gagal mengikuti gaya dan perilaku teman-teman yang dianggapnya keren, anak akan merasa kurang percaya diri dan khawatir dijauhi teman-temannya.

Beberapa pengaruh peer pressure pada balita mungkin belum serumit yang dialami remaja. Misalnya: si kecil mendadak minta uang jajan lebih agar bisa ke kantin bersama teman-temannya, padahal sebelumnya senang membawa bekal sendiri. Anak juga meminta dibelikan pakaian atau mainan karakter kartun tertentu.

Meskipun terkesan remeh, sesungguhnya hal ini dapat mengganggu perkembangan psikologis pada balita. Jangan sampai anak khawatir berlebihan sehingga tidak menikmati masa sekolahnya. Inilah tiga (3) cara untuk mengatasi peer pressure pada balita:

1. Bekali anak dengan konsep dan citra diri yang baik

Peer Pressure Pada Balita

pixabay.com

Tidak semua anak mudah terpengaruh dengan peer pressure. Anak dengan konsep dan citra diri positif akan lebih percaya diri meskipun berbeda. Untuk mewujudkannya, Anda bisa mengingatkan si kecil bahwa dia pun punya kelebihan dan tetap istimewa, meskipun berbeda dengan teman-temannya.

Misalnya: puji prestasi, kecerdasan anak, maupun kebaikan-kebaikan lain yang dilakukannya. Selain itu, jangan mudah memarahi atau memberi cap negatif bila anak melakukan kesalahan. Hindari juga membanding-bandingkannya dengan anak-anak lain, terutama teman-teman yang selama ini dikaguminya.

2. Kenali kelompok bermain anak-anak dengan lebih dekat

pixabay.com

Seperti apa sih, teman-teman yang sering bermain dengan si kecil di sekolah? Anda bisa mengajak anak mengundang teman-temannya bermain ke rumah. Anda juga bisa mengantarkan anak main ke rumah teman, sekaligus berkenalan dengan keluarganya. Jalinan keakraban antar keluarga juga memperkuat pertemanan si kecil.

Dengan cara ini, anak akan terhindar dari peer pressure pada balita yang bisa membuatnya merasa tertekan.

3. Beri waktu si kecil untuk menumpahkan kegundahannya

pixabay.com

Biarkan anak bercerita mengenai kegiatannya sehari-hari di sekolah. Di usia ini, anak biasanya paling senang bercerita mengenai guru dan teman-temannya di sekolah. Dari sini, Anda bisa mengetahui apakah si kecil senang, sedih, atau sedang merasa terintimidasi dan menjadi korban bullying di sekolah.

Sesibuk apa pun Anda, sediakan waktu agar anak bebas berbagi pengalaman menyenangkan maupun menumpahkan kegundahannya.

Atasi peer pressure pada balita dengan cara yang sehat

pixabay.com

Tidak perlu langsung panik dan bersikap overprotektif saat anak sudah terlanjur mengalami peer pressure pada balita. Anda bisa mengarahkan si kecil untuk memilih berteman dengan anak-anak yang memiliki citra diri positif. Contoh: Adi yang suka olahraga atau Tita yang senang menyanyi.

Tidak perlu juga mengajari anak untuk memusuhi teman yang menjadi penyebab peer pressure. Bila ada anak yang membuat si kecil merasa tertekan di sekolah, jangan sampai anak jadi punya keinginan untuk membenci maupun membalas dendam. Arahkan anak untuk lebih banyak berinteraksi dengan teman-teman bercitra positif.

Terlalu melindungi anak dari kemungkinan peer pressure pada balita bukan tindakan bijak. Seiring bertambahnya usia, anak harus belajar terbiasa berhadapan dengan berbagai macam orang. Selama teguh mempertahankan konsep dan citra diri yang positif, anak tidak akan mudah tertekan oleh peer pressure.

Exit mobile version