5 Kemungkinan Anak Benci Menulis dan Solusinya

Tidak hanya membaca dan menggambar, menulis juga merupakan kegiatan selama sekolah. Bahkan, meskipun tidak ada dalam kurikulum pendidikan prasekolah dan tidak disarankan, ada sekolah PAUD dan TK yang masih mengajarkannya. Sayangnya, ini membuat anak benci menulis.

Bahkan, saat udah masuk SD pun, anak juga semakin tidak menyukai kegiatan ini. Padahal, menulis merupakan kegiatan yang bermanfaat. Selain menyeimbangkan koordinasi otak kiri dan kanan, menulis dapat meningkatkan ketrampilan kognitif, memori, dan kreatifitas. Bagaimana cara menangani masalah anak benci menulis?

Inilah lima (5) kemungkinan anak benci menulis dan solusinya:

Rasa tidak percaya diri dan takut salah

Anak Benci Menulis

pixabay.com

Ini reaksi normal anak-anak setiap kali mencoba kegiatan baru. Sesungguhnya, anak tidak membenci menulis. Mereka hanya perfeksionis, takut melakukan kesalahan, sehingga ditertawakan teman sekelas yang lebih bisa atau dimarahi guru.

Solusi: sesuaikan metode pelajaran menulis dengan usia anak. Bila masih di bawah lima tahun, berikan kegiatan mengenal huruf secara bertahap. Misalnya: mulai dari visual (mengenalkan gambar-gambar huruf), auditori (belajar mengucapkan bunyi huruf), hingga mewarnai huruf.

Semakin bertambahnya usia, barulah anak mulai pelan-pelan diajarkan untuk menulis. Orang tua maupun pengajar memang harus bersabar dengan proses ini.

Masalah koordinasi pada bagian tubuh kanan dan kiri

pixabay.com

Mengapa anak benci menulis? Jika ditanya, belum tentu mereka bisa menjawab. Bisa jadi mereka hanya beralasan: “Pokoknya tidak suka.”

Anak kesulitan memegang bolpoin? Menulisnya lambat dan kadang dengan tangan gemetar? Bisa jadi dia punya masalah koordinasi.

Solusi: coba perhatikan gerak tubuh anak. Bila anak bisa menggerakkan tangan dan kaki di kanan dan kiri bersamaan, berarti dua sisi otak mereka terkoneksi dengan baik. Namun bila anak hanya bisa mengayunkan kaki dan tangan di satu sisi, berarti mereka belum siap belajar membaca maupun menulis.

Terlanjur kecanduan gawai (gadget)

pixabay.com

Anak sudah mengenal huruf-huruf dengan baik. Anak juga sudah bisa membaca dengan lancar. Yang jadi masalah, hingga kini mereka masih belum lancar juga menulis. Setelah dilihat, ternyata sejak kecil mereka sudah terbiasa memegang gawai, sehingga jadi malas saat disuruh menulis.

Solusi: mulai kurangi kebiasaan si kecil memegang ponsel pintar. Bukannya melarang mereka sama sekali, hanya membatasi. Buatlah perjanjian dengan anak. Misalnya: bila mau menulis minimal beberapa baris atau setengah halaman per hari, barulah mereka boleh bermain gawai.

Merasa tidak punya tujuan atau inspirasi untuk menulis

pixabay.com

Ini juga yang menjadi alasan anak benci menulis. Meskipun dengan iming-iming nilai bagus di sekolah, anak merasa tidak punya tujuan atau belum merasakan manfaat menulis. Selain itu, bisa jadi mereka kesulitan dalam mencari inspirasi untuk menulis.

Solusi: Anda bisa menunjukkan contoh penulis cilik yang sukses merilis buku cerita karangan mereka. Pastinya, akan ada kebanggan sendiri bila anak berhasil mengikuti jejak penulis cilik tersebut.

Untuk inspirasi, anak bisa memulai dari yang paling sederhana, seperti hal-hal yang dilihatnya setiap hari. Anak juga bisa memulai dari menulis tentang kejadian sehari-hari, seperti saat makan bersama orang tua atau bermain dengan hewan peliharaan.

Memiliki kebutuhan khusus

pixabay.com

Selain tampak kesal setiap kali diminta menulis, tulisan tangan anak cenderung terbolak-balik. Misalnya: huruf ‘b’ jadi ‘d’. Selain itu, anak juga kesulitan saat membaca. Bisa jadi anak punya kebutuhan khusus, seperti disleksia misalnya.

Solusi: selain harus menjalani terapi khusus, anak juga harus tetap dibiasakan untuk menulis. Selain itu, jangan sampai anak berkecil hati. Ingatkan juga kemampuannya yang lain, seperti misalnya: jago berenang atau bisa menggambar.

Anak benci menulis? Semoga solusi di atas dapat mengatasi masalah ini.

Exit mobile version