Toilet training merupakan salah satu tahap perkembangan yang harus dilalui anak agar lebih mandiri. Sayangnya, tak melulu berhasil, toilet training bisa menjadi kesulitan tersendiri dan momok bagi orangtua maupun anak. Silakan coba tips-tips di bawah ini agar toilet training anak Anda berhasil.
Orangtua siap mendampingi
Bila tidak siap, siapkanlah diri Anda. Karena toilet training membutuhkan pendampingan dan bantuan hampir setiap waktu ketika anak akan buang air kecil atau besar. Mulai dari tahapan melepas celana, suasananya di dalam kamar mandi, sampai ketika menceboki anak.
Pada prosesnya, anak yang sedang berlatih, tak jarang akan melakukan kesalahan, seperti mengompol di celana atau di dalam kamar mandi. Ketika terjadi kejadian tersebut, bersikaplah tenang sebaik-baiknya, tidak menghardik atau membentak. Jelaskan pada anak kesalahan tersebut bisa menjadi pelajaran.
Sebaliknya, ketika anak berhasil buang air kecil atau besar di kamar mandi, walau tidak sesering dia melakukan kesalahan, berikan pujian atau apresiasi yang tulus untuknya. Hal ini akan memupuk kepercayaan diri anak sehingga tingkat kesuksesan toilet training akan terus meningkat.
Anak siap untuk toilet training
Salah satu penyebab gagalnya toilet training adalah kekurangsiapan anak baik secara fisik, perilaku, dan kognisi. Secara fisik, anak akan siap melakukan latihan pada usia dua sampai tiga tahun. Biasanya anak perempuan lebih siap dulu daripada anak laki-laki.
Kondisi fisik lainnya yang perlu Anda perhatikan adalah rentang waktu anak berkemih. Secara umum, anak akan berkemih setiap 3-4 jam sekali. Waktu kemih ini bisa juga Anda pastikan lewat kondisi popok, apakah masih kering atau sudah basah.
Kondisi perilaku bisa Anda lihat dari ketertarikan anak ketika dikenalkan dengan toilet. Bila sudah merasa risih menggunakan popok dan tertarik buang air di kamar mandi seperti orangtuanya, ini bisa menjadi tanda positif bahwa anak sudah siap.
Kesiapan kognisi ini sangat penting agar baik orang tua atau anak bisa saling memahami apa-apa yang harus dilakukan ketika akan toilet training. Anak yang sudah bisa memberitahu ketika dia merasa ingin buang air dan sudah paham caranya buang air di toilet merupakan beberapa faktor yang menandakan kognisi anak sudah siap.
Perlengkapan yang tepat
Faktanya, tidak semua anak akan langsung berani untuk duduk atau jongkok di atas toilet yang sesungguhnya. Semisal anak sudah siap melakukan toilet training, tapi belum berani mencoba di toilet asli, tak perlu khawatir, karena Anda sudah berhasil setengah jalan. Yang perlu Anda lakukan adalah menyiapkan peralatan toilet training (potty) untuk anak belajar jongkok atau duduk di toilet.
Perlengkapan lainnya yang disarankan, antara lain: pee trainer (untuk laki-laki), cincin toilet, bantalan kursi toilet, dan lain sebagainya sesuai kebutuhan anak.
Selanjutnya, sangat disarankan anak memakai pakaian yang mudah dilepas dan dipakai kembali ketika akan memulai toilet training.
Menciptakan rutinitas
Apabila orangtua dan anak sudah sama-sama siap dan perlengkapan pun sudah tersedia, saatnya memulai menerapkan latihannya. Rutinitas adalah salah satu jembatan bantuan agar anak dapat mengenali waktu-waktu untuk buang air.
Anda bisa mencoba mengajaknya setiap 2-3 jam sekali di awal latihan, ketika akan tidur, dan setelah bangun tidur. Selanjutnya, Anda bisa meneruskan dengan interval 3-4 jam sekali.
Mengajarkan cara buang air pada anak
Sudah bukan rahasia lagi kalau anak cepat belajar ketika mencontoh orangtuanya. Hal ini termasuk ketika belajar buang air kecil atau besar.
Cukup tunjukkan langkah demi langkah apa yang harus anak lakukan ketika buang air mulai dari melepas celana, mencebok, memberi sabun, mengeringkan daerah kemaluan, sampai mengenakan celana dan cuci tangan setelah selesai.
Setelah Anda menerapkan langkah-langkah di atas dengan baik, usahakan toilet training dilakukan secara konsisten baik siang maupun malam hari. Semoga sukses ya!