7 Alasan Mengapa Tantrum pada Balita adalah Hal yang Baik

Orang tua mana pun pasti akan merasa kewalahan saat menghadapi tantrum pada balita. Namun, siapa sangka, ledakan emosi yang ditandai dengan menjerit dan mengamuk tersebut memiliki dampak baik bagi kesehatan emosi anak. Dengan catatan, Anda sendiri mampu menghadapi dengan tenang tanpa memperparah kondisinya.

Agar Anda tidak keburu frustrasi tatkala melihat anak mengamuk, ketahuilah hal-hal positif di balik tantrum pada balita.

1. Lebih baik mengekspresikan kekesalan daripada memendamnya

Tantrum pada Balita

pixabay.com

Air mata mengandung kortisol atau hormon stres. Ketika anak menangis, artinya mereka mengeluarkan stres dari tubuhnya. Tekanan darah pun kembali stabil, begitu juga dengan sisi emosionalnya.

Anak yang telah mengalami tantrum biasanya merasakan suasana hati yang lebih baik. Pasalnya, tantrum dapat membantu anak mengeluarkan kekesalan di dalam hati selama Anda tidak menginterupsi prosesnya.

2. Menangis dapat membantu anak belajar

pixabay.com

Tantrum dapat membantu menjernihkan pikiran anak sehingga kelak ia lebih mudah belajar sesuatu yang baru. Bagi anak, belajar adalah hal yang alami seperti bernapas. Ketika anak tidak bisa konsentrasi atau mendengarkan, maka ia akan mengalami  masalah emosional yang menghalangi proses belajarnya.

Agar proses belajar berhasil, anak harus merasa bahagia dan tenang. Mengekspresikan kekesalan emosioanal adalah bagian dari proses belajar.

3. Anak tidur lebih nyenyak

pixabay.com

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa terbangun dari tidur karena stres atau terlalu memikirkan hal-hal yang tidak berkenan di hatinya. Anda harus membiarkan balita untuk menyelesaikan tantrumnya di siang hari agar ia dapat tidur nyenyak di malam hari.

4. Sisi positif berkata “tidak”

pixabay.com

Salah satu penyebab tantrum pada balita adalah Anda melarangnya melakukan sesuatu. Anda telah melakukan hal yang benar. Pasalnya, kata “tidak” memberikan batasan yang jelas mengenai perilaku-perilaku yang diperbolehkan.

Berkata “tidak” artinya Anda tidak takut dengan tantangan membesarkan anak, yaitu menghadapi tantrum. Agar dapat memberi batasan yang tegas dan tetap membuatnya merasa dicintai, berikan rasa cinta, kasih sayang, dan pelukan kepada anak.

5. Tantrum membuat hubungan Anda dan anak lebih dekat

pixabay.com

Balita yang tantrum terlihat mengacuhkan keberadaan Anda, padahal sebenarnya mereka peduli. Biarkan anak melewati badai emosinya tanpa mencoba memberhentikan atau “memperbaiki”. Anda tidak perlu banyak berbicara, cukup berempati dan berikan pelukan. Anak akan merasa dicintai tanpa syarat dan merasa dekat dengan Anda.

6. Tantrum dapat membantu perilaku anak jangka panjang

pixabay.com

Emosi anak bisa keluar dengan cara yang lain, seperti agresi, sulit berbagi, atau menolak bekerja sama saat melakukan pekerjaan sederhana seperti pakai baju atau menyikat gigi. Ini adalah tanda-tanda umum bahwa anak Anda memiliki kesulitan dengan emosinya.

Tantrum pada balita dapat membantu melepaskan perasaan-perasaan yang menghalangi sifat natural dan kooperatif yang dimilikinya..

7. Jika tantrum sering terjadi di rumah, maka sedikit kemungkinan terjadi di tempat umum

pixabay.com

Banyak anak yang tantrum di publik karena tidak diberi mainan yang diinginkan. Tantrum di publik dapat membuat orang tua bingung dan malu. Jika anak biasa mengekspresikan emosinya secara penuh di rumah, mereka akan memilih untuk mengeluarkan amarahnya di rumah karena merasa lebih didengar oleh Anda.

Semakin sering menyuruh anak menahan emosi, semakin tinggi tekanan di dalam dirinya. Oleh karena itu, luangkan waktu dan tempat untuk mendengarkan perasaan anak Anda.

Tantrum pada balita juga mengajarkan anak untuk menghadapi hal-hal yang tidak sesuai dengan harapannya. Hidup tidak selalu berjalan seperti yang ia inginkan. Semakin cepat anak belajar tentang hal ini, semakin cepat ia belajar menghadapi rasa kecewa.

Exit mobile version