Pernahkah Anda mau berangkat kerja atau menitipkan anak di daycare lalu si Kecil menangis karena tidak mau ditinggalkan? Jika pernah, tandanya anak Anda mengalami separation anxiety. Menghadapi separation anxiety bisa dilakukan perlahan agar tetap percaya pada orang tua
Kecemasan untuk ditinggalkan ditunjukkan dengan anak enggan digendong oleh orang lain atau menangis ketika melihat orang tuanya berada jauh. Kondisi ini wajar dialami oleh batita berusia 8-10 bulan dan mulai berangsur-angsur membaik setelah usia 2 tahun.
Agar anak tidak menangis terus menerus, lakukan hal-hal ini untuk menghadapi separation anxiety.
Hindari berpisah diam-diam
Meski anak akan menangis, menghadapi separation anxiety dengan cara meninggalkannya diam-diam adalah hal yang tidak baik. Anak jadi curiga dan tidak percaya kepada Anda. Ini juga akan membuat kecemasan untuk berpisah jadi sulit dihilangkan.
Sebaliknya, Anda harus berpamitan dan katakan bahwa Anda akan segera kembali. Anda juga harus berpisah dengan cara yang menyenangkan seperti sarapan bersama, bermain, memeluk dan menciumnya sebelum pergi. Utarakan tujuan Anda, misalnya, “Hari ini ibu mau pergi ke kantor dulu. Nanti ibu akan kembali pukul 5 sore ya.”
Perkenalkan pada orang asing dengan baik
Orang tua yang akan kembali kerja biasanya akan menitipkan anak ke nenek, pengasuh, atau daycare. Anak biasanya tidak mau disentuh atau digendong oleh orang lain. Jika reaksi anak demikian, Anda tidak boleh memaksanya.
Tugas Anda adalah mengenalkan dengan baik dan mendekati perlahan kepada pengasuhnya. Hal ini dilakukan agar anak bisa beradaptasi dengan baik. Mintalah pengasuh untuk mendekati Anda terlebih dahulu, sehingga anak melihat bahwa pengasuh akrab dengan orang tuanya.
Bangun kenyamanan anak dengan orang lain dengan cara sering bertemu sebelum Anda meninggalkannya. Hindari langsung meninggalkan anak berdua dengan orang lain saat pertama kali bertemu.
Perkenalkan anak pada lingkungan yang beraneka ragam
Menghadapi separation anxiety adalah mengenalkan anak pada lingkungan baru dan orang-orang baru selain rumah. Ajaklah anak main ke rumah kakek atau neneknya, ikut ke perkumpulan ibu-ibu dan anak-anak sebaya, main ke daycare, dan lainnya.
Bekali anak dengan hal-hal yang menyenangkan
Anda dapat membekali anak dengan mainan kesukaannya atau perlengkapan untuk dia beraktivitas. Misalnya, Anda meninggalkan buku gambar dan pensil warna bersama anak agar ia bisa menggambar. Mainan kesukaan seperti boneka juga dapat membantu ia tenang selama Anda pergi.
Bangun kepercayaan anak
Menghadapi separation anxiety adalah Anda harus konsisten dengan janji yang Anda buat pada anak. Misalnya, jika Anda bilang akan pergi selama 1 jam, maka Anda harus kembali 1 jam kemudian. Jika Anda harus pulang malam, maka Anda juga harus jujur bahwa Anda akan pulang malam.
Jangan melunak saat anak menangis
Ketika Anda pergi, anak akan menangis. Kalau ini terjadi, hindari untuk melihat ke belakang dan kembali lagi pada anak Anda. Ini akan membuat anak merasa tangisan bisa jadi senjata agar Anda tidak pergi. Meskipun berat, Anda harus tetap pergi. Ini menunjukkan bahwa tangisan tidak memengaruhi Anda.
Latihan untuk berpisah
Menghadapi separation anxiety adalah Anda harus sering latihan berpisah dengan anak. Misalnya, tinggalkan anak untuk pergi ke pasar sebentar. Kemudian, tinggalkan dalam waktu lebih lama. Selanjutnya, naikkan durasi Anda saat meninggalkan anak. Anak akan jadi terbiasa dengan cara yang bertahap seperti ini.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat menghadapi separation anxiety ini. Keadaan ini akan berangsur lebih baik seiring dengan meningkatnya kepercayaan diri anak. Namun, jika kecemasan untuk berpisah menetap dan terjadi sangat hebat, maka sebaiknya konsultasi ke dokter ahli.