Usia dini merupakan masa-masa keemasan bagi seorang anak. Calvin S. Hall dan Garderner Lindzey (1993) mengemukakan bahwa masa kanak-kanak merupakan gambaran manusia sebagai manusia. Oleh karena itu, orang tua diharapkan memiliki pengetahuan parenting yang cukup agar dapat mengawal tumbuh kembang anak di masa keemasan tersebut sehingga anak tumbuh dewasa dengan fondasi yang kuat.
Selama periode ini pendidikan yang diperoleh anak usia dini baik di rumah maupun di institusi pendidikan menitikberatkan pada dasar pertumbuhan dan perkembangan fisik melalui perkembangan koordinasi motorik halus dan kasar; kecerdasan berupa daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, serta kecerdasan spiritual; sosiemosional dalam hal sikap, perilaku, dan agama; dan perkembangan bahasa dan komunikasi yang sesuai dengan keunikan masing-masing anak.
Dalam proses pengasuhan, tidak hanya anak yang belajar, tetapi juga orang tua. Orang tua harus belajar bagaimana cara mendidik anak dengan benar, termasuk belajar mengelola emosi dalam menghadapi anak usia dini.
-
Jangan banyak menuntut
Kunci utama dalam mengelola emosi adalah orang tua tidak terlalu menuntut anak atau menargetkan anak untuk sesuai dengan harapan orang tua. Hal tersebut dikarenakan anak usia dini cenderung egosentris, artinya anak cenderung memahami sesuatu dari sudut pandang kepentingannya sendiri. Mereka juga mudah frustrasi, menangis atau marah apabila keinginannya tidak terpenuhi. Oleh karena itu orang tua tidak bisa memaksakan agar anak selalu menuruti keinginan atau perintah orang tua.
Ketika orang tua terlalu berharap anak akan menurut, sementara kenyataan yang terjadi sebaliknya, umumnya orang tua akan langsung marah dengan intonasi tinggi. Anak akan belajar mengidentifikasi tombol emosi orang tua dan dengan sengaja menyentuh tombol tersebut. Contohnya saat anak ingin dibelikan mainan namun ditolak oleh orang tua. Anak akan terus merengek hingga akhirnya orang tua marah. Namun, bukannya anak patuh dan berhenti menangis, tangisan anak malah semakin kencang.
-
Redam emosi saat anak bertingkah
Meredam emosi dalam upaya mengelola emosi memang tidak mudah. Saat sedang marah, cobalah Anda berdiri dan bayangkan kondisi Anda yang sedang kesal. Tanyakan pada diri sendiri apa yang membuat Anda kesal lalu rasakan napas yang semakin cepat. Setelah itu teriakkan kekesalan tersebut. Ulangi tahapan tersebut dalam posisi duduk. Anda merasakan perbedaannya.
Jika Anda tidak terpicu untuk marah setelah anak menekan tombol emosi, di kemudian hari mereka tidak akan mengulangi tingkah yang sama.
-
Ciptakan kestabilan dan buat kesepakatan dengan anak
Ciptakan kestabilan dengan membentuk rutinitas. Contohnya pukul 8 malam anak harus sudah tidur atau hari Minggu adalah waktunya bermain sepeda. Buatlah kesepakatan dengan anak dan bertahan dengan kesepakatan tersebut. Anda tidak boleh goyah hanya karena mereka mengamuk.
Mungkin hal ini akan sulit direalisasikan. Apalagi jika Anda sedang ada di tempat umum atau sedang bersama orang lain. Tidak jarang Anda ingin menyerah saja daripada malu oleh tingkah anak Anda. Namun, jika Anda teguh pada pendirian, lama-kelamaan anak akan malas mengamuk saat Anda berkata tidak.
Saat anak mengamuk, berikan empati. Dengarkan permintaan mereka, kemudian ingatkan kembali soal kesepakatan yang telah Anda buat dengan suara tenang dan intonasi datar. Usahakan pula kontak mata. Di lain waktu, saat mood anak sudah lebih baik, bahas kembali soal amukan anak tempo hari dan bagaimana supaya lain kali tidak terjadi hal seperti itu lagi. Diskusikan hal tersebut secara ringan dan diselingi candaan.
Apple Tree Preschool BSD adalah sebuah TK yang berlokasi di Bumi Serpong Damai yang memfasilitasi pendidikan anak usia dini dengan kurikulum yang memungkinkan anak-anak belajar tentang diri dan lingkungannya sesuai dengan fase perkembangannya. Didukung oleh pola pengasuhan yang tepat dari orang tua, anak akan tumbuh dewasa dengan potensi terbaiknya.
All comments (1)
Anak Suka Marah-marah? Ketahui Penyebab dan Solusinya - APPLE TREE PRESCHOOL BSD
[…] marah-marah, anak pun akhirnya berpikir bahwa hal tersebut adalah tindakan yang wajar. Akhirnya, cara ini ia lakukan untuk mengekspresikan emosinya. Bahkan tidak jarang, ia […] Read More[…] marah-marah, anak pun akhirnya berpikir bahwa hal tersebut adalah tindakan yang wajar. Akhirnya, cara ini ia lakukan untuk mengekspresikan emosinya. Bahkan tidak jarang, ia juga menggunakan sikap marah-marah hanya untuk menarik perhatian atau agar […] Read Less
Reply