Pembicaraan seks antara orang tua dan anak mungkin masih menjadi hal yang tabu di masyarakat. Padahal, melalui diskusi yang konstruktif, anak akan mendapatkan informasi dan pola pikir yang tepat mengenai seksualitas. Hal seperti inilah yang membuat pendidikan seks usia dini menjadi penting.
Semakin derasnya arus informasi kepada anak, membuat orang tua perlu semakin membentengi anak terhadap informasi negatif. Selain itu, maraknya kekerasan atau pelecehan seksual pada anak membuat Bunda perlu semakin waspada. Nah, pendidikan seks usia dini merupakan salah satu cara yang dapat Bunda lakukan untuk melindungi anak-anak.
Sedini apa pendidikan seks usia dini diberikan kepada anak? Jawabannya adalah sedini mungkin. Pendidikan yang diberikan kepada anak tentu menyesuaikan dengan umur anak. Hal ini berarti pendidikan seks usia dini tidak harus berupa nasihat satu arah dari orang tua kepada anak.
Nah, apa saja yang perlu Bunda sampaikan kepada anak dalam rangka pendidikan seks usia dini? Simak pembahasannya berikut ini.
Mengenalkan anak pada bagian-bagian tubuh
Mengenalkan nama-nama bagian tubuh kepada anak sudah dapat dimulai sejak usia 1 tahun. Hal ini penting dilakukan agar anak mengetahui bagian-bagian tubuh yang dimilikinya.
Pada usia 3-4 tahun, anak sudah memperhatikan sekelilingnya dengan baik, termasuk anggota tubuhnya. Saat Bunda mengenalkan kemaluan pada anak, gunakanlah nama yang benar untuk alat kelamin laki-laki maupun perempuan. Kenalkanlah ‘penis’ sebagai alat kelamin laki-laki dan ‘vagina’ sebagai alat kelamin perempuan.
Toilet training juga merupakan salah satu bentuk pendidikan seks usia dini kepada anak-anak. Bunda dapat mengajari pentingnya kebersihan dan kesehatan alat kelamin kepada anak-anak.
Mengenalkan bagian tubuh privat
Bagian tubuh privat merupakan bagian tubuh yang tidak boleh dilihat atau disentuh oleh sembarang orang. Bagian tubuh ini antara lain bagian mulut, dada, alat kelamin, dan pantat.
Sampaikan kepada anak bahwa bagian tubuh privat hanya dapat dilihat atau disentuh oleh orang tertentu saja. Sebagai contoh adalah ibu yang memandikan atau membersihkan anak. Seorang dokter yang sedang memeriksa anak yang sedang sakit.
Mengenalkan perbedaan jenis kelamin
Semenjak berumur 1 tahun, anak sudah dapat mengenali suara laki-laki dan perempuan dari orang tuanya. Pada usia yang lebih tua, anak akan mulai memiliki rasa ingin tahu mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan.
Oleh sebab itu mulailah mengenalkan konsep laki-laki dan perempuan, termasuk perbedaan yang dimilikinya. Sampaikan kepada anak mengenai batasan-batasan laki-laki dan perempuan.
Menanamkan budaya malu
Menanamkan budaya malu erat kaitannya dengan mengajari etika dan kesopanan pada anak. Anak perlu diajari untuk tidak memperlihatkan atau menutupi bagian privatnya. Dengan demikian, anak tidak akan memperlihatkan alat kelaminnya kepada seseorang yang tidak dikenal.
Cara melindungi diri sendiri dari pelecehan seksual
Setelah anak memahami adanya bagian privat dan budaya malu, Bunda perlu menegaskan kembali bahwa alat kelamin tidak boleh sembarang dilihat orang lain. Jika ada orang yang menyentuh alat kelaminnya, anak dapat melaporkannya kepada guru atau orang tua. Berteriaklah sekencang-kencangnya untuk melindung diri sendiri.
Saat mengenalkan anak akan bagian tubuhnya, berbagai pertanyaan mungkin timbul dalam benak anak. Nah, berikut ini beberapa inspirasi jawaban atas pertanyaan mengenai seks:
A: Bagaimana cara bayi dilahirkan?
B: Bayi dilahirkan dari ibu dengan bantuan dokter dan bidan
A: Mengapa dada ibu besar sedangkan dada ayah tidak?
B: Karena badan perempuan dan laki-laki berubah setelah besar
A: Mengapa aku punya penis sedangkan teman perempuanku tidak? B: Karena tubuh laki-laki dan perempuan memang berbeda sesuai dengan jenis kelaminnya
Pendidikan seks usia dini diharapkan mampu membentengi anak dari pengaruh negatif yang berasal dari lingkungannya. Hal ini merupakan tugas orang tua untuk menyiapkan anak-anaknya.