Pendidikan masih menjadi poin penting dalam menentukan masa depan seseorang. Maka, tidak heran jika ada banyak orang ingin agar dapat melanjutkan sekolah hingga jenjang yang lebih tinggi lagi. Tetapi, di tengah semangat orang-orang dalam melanjutkan sekolah, ada anak-anak yang memiliki semangat serupa akan tetapi tidak mampu melanjutkan sekolah lantaran keadaan ekonomi yang tidak mencukupi.
UNESCO bahkan mencatat ada sekitar 61 juta anak-anak di dunia yang masih mendapatkan pendidikan tidak layak. Tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya menyerah pada keadaan, yaitu putus sekolah.
Akan tetapi, masih ada juga anak-anak yang ingin memperjuangkan hak untuk sekolah. Inilah kisah perjuangan anak-anak untuk sekolah dan mendapat ilmu.
Tunawisma yang Berhasil Lulus dari Universitas Harvard
Contoh nyata perjuangan anak-anak untuk sekolah dimulai dari tunawisma dari Negeri Paman Sam, Khadijah Williams. Selama 12 tahun, Khadijah harus pindah dari sekolah satu ke sekolah lain, mencari institusi pendidikan yang mau memberikannya beasiswa. Dari sanalah dia mendapat ilmu. Hingga akhirnya pada tahun 2009, Oprah Winfrey memberikan dana untuknya melanjutkan kuliah dan berhasil masuk di Harvard University.
Meski tanpa keluarga, Khadijah tetap semangat dalam melanjutkan pendidikan hingga akhirnya sukses mendapatkan ijazah kelulusan dari universitas terbaik di dunia. Bahkan, kini sang tunawisma telah mendapat jabatan yang mentereng di salah satu perusahaan teknologi dari jerih payahnya dalam berjuang untuk tetap sekolah.
Meski Hanya di Sekolah Terbuka, tetapi Semangatnya Menuntut Ilmu Tidak Luntur
Meski di tengah keterbatasan ekonomi, Azizah yang terpaksa harus berhenti sekolah di jenjang menengah pertama tidak menyerah untuk menuntut ilmu. Azizah menjadi contoh selanjutnya perjuangan anak-anak untuk sekolah yang harus rela berpindah lokasi demi ilmu. Dikarenakan tidak mampu lagi masuk ke sekolah negeri maupun swasta, Azizah memilih melanjutkan ke sekolah terbuka.
Meski harus belajar di lapangan, masjid, bahkan kebun, tidak ada rasa malu sedikit pun. Azizah bersama teman-temannya tetap semangat menyerap ilmu yang diberikan para guru relawan yang datang untuk mengajar. Bahkan, di saat teman-temannya mengejek statusnya sebagai siswa dari sekolah terbuka, dia tetap abai.
Kini Azizah dapat berbangga diri dan membusungkan dada pada para pengejeknya. Sebab, strata mereka sama. Ijazah dipegang sama yaitu Sekolah Menengah Atas. Meski fasilitas dan tempat menuntut ilmu berbeda, tetapi Azizah mampu membuktikan jika tidak peduli di mana pun tempatnya dan dalam kondisi apa pun, belajar tetap dapat dilakukan. Asal ada niat dan semangat.
Meski Cacat, Sekolah Tetap Utama
Kisah perjuangan anak-anak untuk sekolah berikut hadir di kota Yibin, Provinsi Szechuan, China. Lantaran keadaannya yang tidak sempurna, yaitu kaki yang tidak dapat digunakan untuk berdiri lama, Fang Qiu Mei memerlukan bantuan sang nenek untuk mengantarkan ke sekolah. Dengan menggendong sang cucu kesayangan, Fang dapat menempuh pendidikan yang layak dan tidak pernah terlambat sekali pun.
Hal ini menunjukkan jika kekurangan tidak membatasi seseorang dalam menuntut ilmu. Sekalipun harus menempuh perjalanan empat kilometer dan melewati jalanan pegunungan, Fang bersama sang nenek tidak pernah menyerah untuk bisa bersekolah. Mereka justru semakin semangat dan memperlihatkan pada dunia jika apa pun kondisinya, sekolah tetap menjadi hal utama. Sebab, dari sanalah nantinya sifat dan karakter dapat terbentuk, dan ilmu didapatkan.
Tiga kisah perjuangan anak-anak untuk sekolah di atas dapat menjadi pembelajaran dan inspirasi. Sebelum menyerah pada keadaan, lihatlah dulu perjuangan anak-anak untuk sekolah di daerah lain. Semoga bermanfaat.