Sebagai orang tua, tentu ada kalanya Anda berharap lebih akan keberhasilan si kecil sehingga tidak jarang memaksakan kehendak yang berakhir dengan permainan fisik. Akan tetapi, sadar atau tidak, pemaksaan harapan tersebut berawal dari perlakuan yang didapat di kehidupan masa lalu orang tua. Untuk itu, ketika Bunda dan Ayah memutuskan untuk membina rumah tangga dan dikaruniai seorang anak, alangkah lebih baik jika menuntaskan semua yang menjadi permasalahan yang terjadi. Agar anak tidak menjadi korban, seperti berikut:
Anak Mengalami Kekerasan Fisik
Akibat masa lalu orang tua yang belum selesai, orang tua bisa saja dengan mudah bermain fisik terhadap anak ketika sesuatu tidak sesuai harapan. Contoh, orang tua memiliki harapan dan cita-cita untuk anak mendapat peringkat pertama di kelas. Akan tetapi, peringkat yang diperoleh justru jauh dari harapan bahkan mungkin buruk. Saat itulah, emosi akan memuncak dan dengan mudah orang tua melayangkan tangan untuk memukul atau bahkan mencubit.
Selain karena ketidakpuasan akan pencapaian si kecil, perlakuan kasar yang terjadi juga dapat disebabkan oleh perlakukan yang dulu pernah didapatkan dari orang tua. Anggapan anak harus mengalami hal yang serupa justru hanya akan menjadikan si kecil korban kekerasan dan dapat berakhir trauma.
Anak Terabaikan
Dikarenakan sikap masa lalu orang tua yang selalu mengabaikan lantaran kesibukan bekerja, hal yang sama pun bisa terjadi kembali saat sudah memiliki anak. Akibatnya, anak akan merasa terabaikan dan tidak mendapat kasih sayang secara penuh. Buruknya, anak dapat menjadi sosok yang minder, menutup diri, dan enggan bersosialisasi dengan orang lain lantaran takut akan kembali terabaikan. Selain itu, ada juga anak yang justru sibuk melakukan tindak kriminal atau sering berbuat ulah hanya untuk menarik perhatian orang tua.
Cenderung Memaksakan Kehendak Terhadap Anak
Akibat paksaan yang pernah dialami di masa lalu, sebagai orang tua pun mungkin akan berperilaku sama, yaitu memaksakan kehendak terhadap si kecil untuk semua hal. Misalnya masalah sekolah, tidak peduli anak nyaman atau tidak, orang tua akan tetap memasukkannya ke sekolah pilihan mereka lantaran reputasi yang bagus atau guru-guru dengan kemampuan tinggi dalam mengajar. Padahal, anak belum tentu menginginkan hal itu. Akibatnya, anak menjadi stres selama menjalani sekolah dan memilih untuk kabur atau bahkan enggan bersekolah lagi.
Tidak sedikit kasus anak justru memilih untuk melawan dengan tetap bersekolah, tetapi nilai yang didapat selalu buruk, sebagai bentuk protes terhadap orang tua yang terus mengedepankan ego dan masa lalu yang belum selesai.
Bersikap Terlalu Keras
Di kehidupan masa lalu, orang tua mungkin berperilaku keras dan disiplin. Bahkan, tidak sedikit menggunakan bentakan untuk memerintah dan memakai tangan bila tidak dituruti. Akibatnya, setelah memiliki anak, hal yang sama secara tidak sadar terjadi, seperti suka berkata kasar, berteriak, bahkan main tangan ketika memerintah atau meminta perhatian si kecil. Tidak ada sikap lembut yang terpancar dari orang tua yang justru dapat menjauhkan si kecil. Anak akan beranggapan jika orang tua tidak menyayanginya dan selalu menjaga jarak. Bahkan, trauma yang bisa membuat si kecil depresi pun dapat terjadi.
Itulah empat dampak yang dapat dialami si kecil ketika masa lalu orang tua belum selesai. Alangkah lebih baik ketika sudah memutuskan untuk memulai kehidupan baru dalam berkeluarga, semua masa lalu ditinggalkan di belakang. Selain itu, jangan melanjutkan perlakuan buruk yang pernah didapat agar rantai kekerasan itu terputus dan anak merasakan kasih sayang yang seutuhnya.