Anak Bertengkar dengan Teman. Haruskah Melerai Mereka?

Yang namanya berbeda pendapat itu biasa. Sebagai orang tua, rasanya ikut sedih bila melihat anak bertengkar, baik dengan kakak atau adik maupun teman sendiri. Bahkan, tidak jarang si kecil sampai menangis.

Haruskah langsung ikut melerai saat anak bertengkar dengan teman? Meskipun sayang dengan mereka, ikut campur seketika justru bukan tindakan bijak. Mengapa demikian?

Menurut Psikolog Anna Surti Ariani, MPsi, langsung turun tangan saat melihat anak bertengkar justru tidak melatih anak untuk mandiri. Meskipun masih kecil, sedini mungkin mereka harus belajar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Agar tidak mudah panik dan salah langkah, ada beberapa tahap yang dapat dilalui para orang tua sembari membantu si kecil dalam masalah ini:

Menjadi pengamat.

Anak Bertengkar dengan Teman

Sumber : mengatasisiswa.blogspot.com

 

Tahanlah emosi saat melihat anak bertengkar dengan teman. Amatilah dari jauh dan biarkan si kecil menghadapi masalahnya sendiri. Meskipun anak menangis dan jelas-jelas terlihat terluka, jangan biasakan mereka selalu berlari mencari perlindungan dan pembelaan dari orang tua.

Menjadi pendengar yang objektif.

Sumber : keluargabahagia-news.blogspot.com

 

Tidak ada orang tua yang rela melihat anak mereka disakiti, bahkan oleh teman sendiri yang sama-sama masih kecil. Bila bukan saksi langsung kejadian tersebut, mintalah anak untuk jujur saat bercerita. Untuk mencegah mereka berbohong karena takut dimarahi, orang tua harus mengendalikan emosi.

Bila masalahnya masih bisa diselesaikan dengan baik-baik (seperti si kecil yang mau minta maaf dan dimaafkan temannya), orang tua mungkin bisa bernapas lega dan tidak mengungkit-ungkitnya lagi. Ini juga mengajarkan sifat tidak mendendam setiap kali anak bertengkar.

Bertindak proaktif di saat yang tepat.

Sumber : cosmomom.net

Bagaimana kalau anak bertengkar dengan teman dan berlanjut menjadi perkelahian? Segera pisahkan anak dengan teman sebelum sama-sama terluka. Bila khawatir kewalahan, jangan takut meminta tolong orang tua teman si anak hingga guru bila terjadi di sekolah.

Sayangnya, tidak semua orang tua bisa menghadapi masalah ini dengan kepala dingin. Bila orang tua teman si anak justru lebih emosian dan menyalahkan anak Anda, libatkan guru sebagai penengah. Agar lebih adil, biarkan setiap anak menceritakan penyebab pertengkaran mereka.

Karena takut dimarahi atau enggan disalahkan, ada kemungkinan salah satu dari mereka akan berbohong. Bisa jadi anak bertengkar lagi dengan teman karena tidak terima. Dalam hal ini, sebaiknya biarkan pihak netral (guru) yang mengajak mereka bicara.

Bila masalah diselesaikan dengan saling meminta maaf, buatlah mereka berjanji agar tidak sampai bertengkar lagi. Bila memang berselisih paham, ajarkan bahwa mereka tidak perlu sampai bertengkar. Berbicara baik-baik dan sopan juga bisa.

Setelah bertengkar, awasi perkembangan relasi anak dengan teman.

Sumber : indonesia.tripcanvas.co

Hormati keputusan anak bila masih mau berteman dengan anak yang sama. Tentu saja, jangan lupa ingatkan mereka akan konsekuensi bila anak bertengkar dengan teman yang sama lagi. Apa pun alasannya, ingatkan bahwa masih ada cara selain menyakiti teman.

Bagaimana bila teman si anak yang mulai duluan? Ajarkan anak untuk mempertahankan diri, bukan balas menyakiti. Bila teman semakin kasar, anak boleh kok, mengadu pada guru atau orang tua.

Bila anak sedih karena selalu diajak bertengkar dengan teman yang sama.

Sumber : siraplimau.com

Wajar bila si kecil sakit hati karena hal ini. Namun, ingatkan bahwa bertengkar sendiri merupakan pelajaran mengelola masalah. Bila belum siap dekat lagi dengan temannya, ingatkan anak untuk tidak menyimpan dendam dan tetap berbuat baik.

Anak bertengkar dengan anak lain merupakan masalah biasa. Yakinkan anak bahwa meskipun akan terjadi lagi, bukan berarti mereka atau anak lain selalu jahat. Ini adalah sarana pelatihan mereka dalam mengelola emosi agar lebih terkendali.

Exit mobile version