Melihat anak cenderung hanya dekat dengan ibu seringkali dianggap wajar. Apalagi, peran bunda umumnya lebih sering berada di rumah. Tidak hanya sebagai sumber gizi pertama (ASI untuk bayi), bunda juga pendidik pertama anak. Makanya, anak hanya dekat dengan salah satu orang tua masih sering dianggap wajar.
Lalu, bagaimana bila anak lebih dekat dengan ayah? Sayangnya, anggapan kurang baik tentang ibunya seringkali mudah dilontarkan masyarakat. Padahal, seharusnya kedudukan ayah dan bunda ‘sama’ pentingnya di mata anak. Sebelum mencari solusi, kenali dulu tiga (3) penyebab anak hanya dekat dengan salah satu orang tua:
Terkait dengan gender dan pola pengasuhan
Sewaktu bayi, semua anak memang lebih dekat dengan bunda. Ini terkait dengan bunda sebagai sumber ASI.
Masa kanak-kanak di atas lima tahun, anak laki-laki mungkin lebih dekat dengan ayah, sementara yang perempuan dengan bunda. Ini terkait dengan gender-modelling, yaitu saat anak mulai belajar tentang jenis kelamin dan peran gender. Mereka mencari role model yang sesuai dengan jenis kelamin masing-masing.
Namun, bagaimana bila sebaliknya? Anak perempuan yang lebih dekat dengan ayah biasanya mencari sosok tegas dan dapat melindungi. Meskipun bunda juga bisa melakukan hal yang sama, anak perempuan juga butuh contoh ini dari laki-laki.
Anak laki-laki yang lebih dekat dengan bunda biasanya mencari dukungan penuh empati. Mungkin dia takut dengan ayah yang cenderung lebih tegas, galak, dan berharap bahwa anak laki-laki harus kuat. Makanya, anak jarang berani bercerita pada ayah bila melakukan kesalahan.
Salah satu orang tua jarang berinteraksi dengan anak meski di rumah
Anak hanya dekat dengan salah satu orang tua? Bisa jadi entah ayah atau bunda jarang berinteraksi dengan mereka, bahkan saat di rumah. Jangan salah, jarang di rumah saat ini bukan alasan. Dengan adanya teknologi, orang tua yang sedang sibuk bekerja di luar negeri pun dapat meluangkan waktu mengobrol dengan anak.
Bahkan, orang tua yang lebih sering di rumah juga bisa jarang berinteraksi dengan anak. Misalnya: gara-gara lebih sering melihat ponsel hingga kewalahan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga seorang diri.
Berinteraksi dalam hal ini tidak hanya meluangkan waktu untuk mengobrol, tapi juga mendengarkan anak. Belajar memahami anak akan membuat mereka merasa semakin dekat dengan kedua orang tua, tidak hanya salah satu.
Ayah dan bunda kurang kompak dalam masalah kedisiplinan
Ini juga yang menyebabkan anak hanya dekat dengan salah satu orang tua. Ayah dan bunda yang kurang kompak dalam masalah kedisiplinan bisa membuat anak memihak orang tua yang paling menguntungkan bagi mereka. Misalnya: sudah dilarang main game sama bunda karena nilai ulangan jelek, tapi malah diizinkan ayah.
Ayah dan bunda yang kurang kompak soal ini tidak hanya akan membingungkan anak, tapi juga mengganggu relasi orang tua sendiri.
Solusi:
Setiap orang tua pasti punya pola pengasuhan berbeda mengenai anak-anak mereka. Untuk penyebab nomor satu, ada baiknya ayah dan bunda sama-sama menunjukkan pada anak bahwa peran mereka sama pentingnya. Bahkan, ayah dan bunda bisa meluangkan waktu berdua saja dengan anak secara bergantian agar anak menghargai keduanya.
Untuk penyebab nomor dua, ingatlah bahwa parenting pekerjaan dua orang. Hilangkan anggapan kuno bahwa anak hanya urusan bunda, karena interaksi dengan ayah juga perlu. Lalu untuk nomor tiga, orang tua harus sepakat dalam hal peraturan di rumah. Demi kedisiplinan, hilangkan perasaan tidak tega saat anak melanggar peraturan.
Semoga dengan saran-saran ini, tidak ada lagi masalah anak hanya dekat dengan salah satu orang tua.