Anak-anak dan remaja membutuhkan tidur setidaknya sembilan jam per malam. Tentu saja masalah tidur dapat memiliki efek negatif pada produktivitas anak disekolah. Bahkan, hal itu juga bisa berpengaruh terhadap hubungan sosial mereka. Hal ini karena kurang tidur, misalnya, dapat menyebabkan perubahan suasana hati, sulit berkonsentrasi, dan respons yang lambat. Untuk itu, berikut ini beberapa gejala masalah tidur pada anak yang patut Anda ketahui.
Sering mendengkur
Dengkuran anak-anak mungkin terdengar lucu di telinga orang dewasa. Tetapi perlu diketahui bahwa kondisi itu bisa disebabkan oleh masalah serius, seperti apnea tidur obstruktif misalnya. Menurut para ahli, sekitar tiga persen dari anak-anak usia 1 sampai 9 tahun menderita apnea tidur obstruktif.
Kondisi ini menyebabkan aliran udara yang melalui sistem pernapasan bagian atas terhambat, yang pada akhirnya membuat orang sulit bernapas ketika tidur. Selain apnea, mendengkur juga bisa dipicu oleh pembesaran amandel dan kelenjar gondok.Kelenjar yang membengkak dapat menghalangi saluran pernapasan, sehingga sulit bagi anak untuk bernapas dengan nyaman sepanjang malam.
Susah tidur
Jika anak Anda sering mengeluh tidak bisa tidur atau sulit tidur, atau sering bangun lebih awal dari biasanya, itu bisa menjadi tanda insomnia. Insomnia pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk: stres atau gangguan mental. Stres sendiri bisa datang dari berbagai sumber termasuk kesulitan yang dialami anak dengan sekolahnya, masalah sosial, masalah keluarga, atau bisa juga karena perubahan pola hidup seperti ketika anak harus pindah ke kota baru.
Kerap bermimpi buruk
Mimpi buruk membuat anak terbangun dengan perasaan takut dan terancam. Akibatnya, anak pun menjadi sulit untuk tidur kembali. Faktanya, mimpi buruk sangat mudah dijumpai pada anak-anak mulai usia 3 tahun, serta dapat terjadi lebih sering antara usia 6 sampai 10 tahun. Biasanya, frekuensi dari mimpi buruk mulai berkurang setelah usia 10 tahun. Jika anak sering terbangun di tengah tidur, ia berisiko terkena hypersomnia, kecemasan, dan masalah perilaku. Dalam hal ini, mimpi buruk juga bisa disebabkan oleh gangguan stres pasca-trauma.
Mengalami teror malam
Perlu diketahui bahwa teror malam berbeda dengan mimpi buruk. Pada kondisi ini, anak tidak sepenuhnya bangun dari tidur. Sebaliknya, ketika seorang anak mengalami mimpi buruk, ia akan benar-benar terbangun dari tidur lelapnya. Selama fase teror malam, anak biasanya akan duduk di tempat tidur dan kemudian berteriak atau menangis. Masalah tidur ini juga memiliki tanda-tanda fisik termasuk: berkeringat, napas cepat, peningkatan denyut jantung, mata kadang-kadang terbuka lebar (meskipun sebetulnya tetap tidur), dan otot yang tegang.
Teror malam umumnya berlangsung selama kurang dari 5 menit dan anak jarang terbangun karena kondisi ini. Saat menjumpai kondisi ini, orang tua disarankan untuk tidak mencoba membangunkan anak, walaupun Anda mungkin merasa sangat cemas. Penyebab teror malam sendiri dikaitkan dengan sistem saraf pusat yang belum matang.
Tidur sambil berjalan
Masalah tidur ini sangat umum di kalangan anak-anak. Bahkan menurut para ahli, sebanyak 30 persen anak-anak antara usia 3 sampai 7 tahun pernah tidur sambil berjalan. Peristiwa tidur sambil berjalan dapat berlangsung antara 5 sampai 15 menit, tetapi kadang-kadang bisa lebih lama. Meski tampaknya sepele, kondisi ini bisa berbahaya terutama jika anak berjalan melewati tangga atau bahkan keluar rumah. Karena itu, cobalah untuk menciptakan lingkungan yang seaman mungkin untuk anak. Pun, tidak dianjurkan untuk membangunkan orang yang sedang berjalan sambil tidur karena dapat memicu rasa takut dan bingung pada si pelaku.
Inilah lima gejala dari masalah tidur pada anak yang perlu diketahui oleh orang tua. Semoga bisa menambah wawasan Anda.