Umumnya anak-anak baru mulai lancar membaca ketika menginjak usia 3 tahun. Tapi pada beberapa kasus, ada anak di bawah usia 3 tahun yang sudah cukup lancar membaca. Kebanyakan orangtua akan merasa bangga karena anak kelihatannya pintar, atau malahan jenius karena kemampuan membacanya melebihi anak lain. Eits, tapi harus tetap hati-hati ya. Pasalnya, anak yang sudah lancar membaca di usia dini justru merupakan sinyal kalau ia mengidap hiperleksia.
Apa itu hiperleksia?
Hiperleksia adalah kebalikan dari disleksia. Kondisi di mana seorang anak sudah bisa lancar membaca dibandingkan anak lain seusianya. Kemampuan membacanya memang sangat mumpuni dan bahkan sangat cepat. Namun sayangnya kondisi hiperleksia tidak diiringi dengan kemampuan memahami bahasa, berbicara, dan seringkali mengalami defisit kosakata.
Hiperleksia mungkin terjadi pada anak yang memang kecerdasannya di atas rata-rata atau anak dengan autisme. Para ahli sendiri mengelompokkan hiperleksia ke dalam 3 jenis, yaitu:
- Hiperleksia tipe 1: Balita dengan kecerdasan di atas rata-rata yang terampil membaca di usia dini
- Hiperleksia tipe 2: Anak dengan autisme yang memiliki hiperleksia sebagai keterampilan sempalan
- Hiperleksia tipe 3: Anak tanpa autisme yang bisa membaca di usia dini, namun menunjukkan gejala seperti autis yang memudar di kemudian hari
Gejala hiperleksia yang patut diwaspadai pada balita
Balita yang mengalami hiperleksia meski bisa membaca dengan baik, perkembangan kemampuan lainnya justru terganggu. Terutama kemampuan komunikasi dan berbicara dengan orang lain yang di bawah rata-rata. Terkadang, perilakunya juga mengalami masalah seperti sulit diajak berdiskusi, tidak mengikuti instruksi dari orangtua, dan sebagainya.
Pemahaman anak yang hiperleksia juga tergolong lambat. Oleh karenanya mereka mengalami kesulitan ketika belajar di sekolah, bahkan saat memecahkan teka-teki dan memainkan balok atau puzzle.
Mereka pun kerap membaca dengan cepat, namun tidak diiringi dengan berpikir atau mencerna maksud dari bacaan tersebut. Selain membaca dengan cepat, mereka juga selalu mengulang kata-kata yang barusan dilihat dan didengar.
Ketertarikan anak hiperleksia pada buku juga cukup tinggi dibandingkan dengan permainan. Ketika membaca, mereka akan mengeja kata-kata dengan keras. Selain tertarik dengan huruf dan kata, anak-anak hiperleksia juga menyukai angka.
Mengatasi anak hiperleksia
Via Freepik
Tentu ada cara untuk mengatasi anak hiperleksia yang bisa segera dilakukan ketika Anda menyadari kemunculan gejala tersebut. Beberapa di antaranya adalah
- Gunakan instruksi tertulis dan bantuan visual agar balita lebih mudah memahami hal yang sedang ia baca. Anda bisa mengulang sebuah kata hingga anak betul memahami artinya, bukan sekedar membacanya saja.
- Jangan biarkan anak membaca atau berbicara sendiri. Ada baiknya ciptakan komunikasi 2 arah. Dengan demikian si kecil bisa mengembangkan kemampuan berbahasa, mengekspresikan diri, serta memahami ucapan orang lain beserta emosi yang tengah disampaikan.
- Anda juga bisa mengajarkan skill interaksi sosial melalui permainan role play dan membawanya pergi keluar rumah untuk bertemu teman sebaya sambil menyaksikan kegiatan sosial warga sekitar.
- Dukunglah buah hati Anda untuk mengeksplorasi sesuai minat dan bakatnya. Saat melakukan kegiatan kesukaannya itu, biasanya si kecil akan lebih aktif untuk berbicara dan juga berusaha memahami cara serta tujuan dari kegiatan tersebut.
Apabila Anda ragu atau tanda-tanda hiperleksia pada anak sudah terlanjur parah, bawalah anak kepada terapis yang andal untuk mendapatkan penanganan profesional. Dengan penanganan yang tepat, anak hiperleksia juga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik seperti anak lainnya.