Beberapa tahun belakangan, orang-orang mulai menyadari pentingnya kecerdasan emosi untuk mengimbangi kecerdasan intelektual dalam meraih kesuksesan. Kecerdasan emosi atau emotional quotient (EQ) sendiri diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola dan mengontrol emosi diri ataupun orang lain di sekitarnya. Namun EQ tidak bisa begitu saja didapatkan, melainkan harus diasah sejak kecil.
Nah, tentunya sebagai orang tua Anda juga menginginkan anak Anda memiliki kecerdasan emosi yang baik bukan? Tapi banyak orang tua yang tidak sadar bahwa mereka justru menjadi penghambat karena tidak bisa mengenali emosi anak dengan baik. Untuk itu, ada baiknya Anda simak terlebih dahulu penjelasan berikut.
Peran Orang Tua dalam Mengenali Emosi Anak Usia Dini
Anak-anak adalah individu yang masih belajar tentang segala hal, termasuk dalam masalah emosi. Di masa awal perkembangannya, anak masih belum memahami dan mengerti tentang emosi yang dia rasakan. Akibatnya bila tidak mendapat bimbingan, ia akan menafsirkan sendiri secara salah apa yang dia alami. Hal inilah yang bisa menyebabkan balita tantrum dan akhirnya dianggap menyusahkan orang tua.
Begitu pula dengan orang tua, di awal menjadi orang tua baru banyak hal yang harus disesuaikan dan membuat beban pikiran. Maka ketika anak sedang belajar mengekspresikan emosi yang dia alami, terkadang orang tua justru menganggap hal tersebut mengganggu dan lalu mengabaikan perasaan anak. Padahal saat itulah kesempatan untuk memberikan pengertian kepada anak tentang berbagai macam emosi yang sedang dialami dan mengajarkan cara mencari solusinya. Apabila emosi anak terlalu sering diabaikan, anak bisa menganggap kehadiran dirinya tidak penting dan mencari solusi atas masalahnya dengan cara yang salah.
Membantu Anak Memberi Label pada Emosi
Sebelum mengarahkan emosi anak usia dini, orang tua juga harus mempersiapkan perasaannya sendiri. Orang tua harus menyadari bahwa kelak anak akan menjadi individu yang mandiri dan berkembang sesuai kepribadiannya. Maka orang tua harus siap untuk menjadi fasilitator anak dalam belajar, termasuk belajar mengenali emosi. Caranya adalah dengan siap mendengarkan dan mendukung anak ketika sedang mengalami emosi yang buruk sekalipun. Jangan memaksakan kehendak dan menganggap anak harus bersikap sesuai keinginan orang tua.
Saat anak sudah mulai bisa diajak bicara, sebagai orang tua harus mulai membantu anak mengenali dan memberi nama terhadap emosi yang sedang dirasakan. Misalnya saja anak sedang kecewa karena tidak bisa menemukan jajanan kesukaannya saat diajak berbelanja di supermarket. Kemudian anak menangis sejadinya di tengah pengunjung yang ramai. Sebagai orang tua pasti akan memiliki perasaan malu yang menyebabkan orang tua langsung memarahi anaknya dan menyuruhnya diam.
Namun ternyata, di sini orang tua dapat berperan lebih untuk mengenali emosi anak. Ketika sudah tenang, ajak ia bicara mengapa tadi ia menangis. Saat anak mengungkapkan alasannya, beritahu bahwa ia sedang mengalami sebuah perasaan yang bernama kecewa dan membuatnya marah. Orang tua lalu dapat memberikan pengertian bahwa, ketika besok menemukan perasaan seperti itu lagi, anak dapat mengenalinya dan mengatakan kepada orang tua untuk dicarikan solusinya bersama. Dengan begitu diharapkan anak akan mengerti dan tidak hanya menangis ketika memiliki masalah.
Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini
Di dunia ini ada banyak sekali ragam emosi, misalnya kecewa, bingung, marah, sayang, senang, sedih, cemburu, cemas, malu, takut, dsb. Biarkan anak mengekspresikan semua emosi tersebut dan tugas orang tualah untuk mengarahkan dan membantunya mengenali emosi. Apabila telah terbiasa sejak kecil mengenali emosi dan mencari solusinya, kecerdasan emosi anak diharapkan akan berkembang ke arah yang baik ketika dewasa nanti.
Nah itulah informasi tentang mengenali emosi anak usia dini. Semoga sebagai orang tua Anda bisa menerapkannya untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak ya.