Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Institute of Medicine yang dilansir dalam lama NY Times disebutkan bahwa anak aktif mendapatkan nilai akademik lebih baik dibandingkan anak yang kurang aktif. Selain itu, anak aktif juga memiliki perhatian lebih terhadap pelajaran. Namun tahukah Anda bahwa salah satu gejala ADHD pada balita adalah hiperaktif.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah sebuah gangguan dengan prilaku aktif, impulsif dan kurangnya perhatian. Hal itu bisa disebabkan oleh faktor keturunan atau gangguan di masa kehamilan.
Nah, untuk tahu lebih jauh mengenai gejala ADHD pada balita, berikut ini beberapa ciri-cirinya.
Gelisah
Bayi atau balita penderita ADHD cenderung gelisah sehingga susah tidur nyenyak dan lebih banyak menangis. Biasanya diberikan susu atau diganti popoknya akan membuat bayi diam, namun itu tidak berlaku pada penderita ADHD. Ia akan sulit ditenangkan meski sudah diberikan susu, digantikan popok atau diajak bermain.
Suka Mencari Perhatian
Penderita ADHD lebih suka mencari perhatian dengan berbagai hal, seperti menangis atau tertawa dengan suara yang nyaring dan kencang. Untuk bayi, mereka cenderung lebih rewel dengan menangis ketika akan diturunkan dari gendongan.
Sikap suka mencari perhatian ini seringkali membuat si kecil harus selalu didekat ibunya. Jika tidak, ia akan menangis atau tertawa sekencang-kencangnya demi meraih perhatian. Hal ini tentu akan sangat merepotkan kalau terjadi terus menerus.
Sulit Fokus dan Berinteraksi
Orang dewasa cenderung cuek bisa jadi karena ia tidak suka dengan lawan bicaranya, namun beda kasus kalau itu terjadi pada anak kecil. Apalagi jika itu dilakukan pada semua orang, bukan beberapa orang saja.
Bayi atau balita penderita ADHD akan cenderung sulit diajak berinteraksi atau beradapatasi pada lingkungan sosial. Hal ini juga membuatnya cenderung sulit berteman atau bermain bersama anak seusianya. Oleh karena itu perlu adanya penanganan khusus agar perhatian anak bisa diambil alih saat ingin berinteraksi dengannya.
Sering Melamun
Anak kecil biasanya memiliki daya imajinasi yang lebih kuat dibandingkan orang dewasa. Namun begitu, imajinasi yang berlebihan bisa menjadi salah satu gejala ADHD pada balita. Seperti melamun lama, bahkan ketika dipanggil ia cenderung tidak menjawab atau lama memerhatikan ketika diajak berbicara.
Mudah Lupa
Penderita ADHD cenderung tidak mampu menggunakan daya ingatnya dengan maksimal, padahal di usia balita seorang anak lebih mudah menyerap informasi dalam jumlah banyak. Seiring berjalannya waktu, penderita akan semakin kesulitan dalam mengingat ketika diajarkan sesuatu.
Tidak Bisa Duduk Diam
Balita yang berusia di atas 2 tahun biasanya sudah bisa berjalan dan berlari. Namun Anda perlu memberi perhatian lebih pada anak yang tidak bisa duduk diam meski hanya beberapa menit.
Dr.Ben Vitiello dari National Institute of Mental Health mengatakan bahwa anak-anak cenderung tidak bisa diam karena mereka memiliki tingkat fokus yang lebih pendek dibandingkan orang dewasa. Namun anak-anak normal sebenarnya tetap bisa fokus pada satu kegiatan tertentu.
Senang Memanjat
Gejala ADHD pada balita yang terkahir adalah senang memanjat. Gejala ini ditandai dengan prilaku anak yang cenderung sangat aktif seperti memanjat, melompak atau berbagai aktivitas ekstrim lainnya. Si kecil juga akan sulit berhenti meski orang tua sudah memintanya berhenti.
Segala hal yang berlebihan memang tidak baik, termasuk anak yang hiperaktif. Dengan mengenali gejala ADHD pada balita sejak dini, kemungkinan untuk disembuhkan akan jauh lebih besar. Jangan khawatir, dengan penanganan yang tepat si kecil akan tumbuh berkembang seperti anak-anak seusianya.