Saat menempuh pendidikan di level TK ataupun PAUD, banyak orangtua yang berharap kalau anak-anaknya diajarkan calistung (membaca, menulis, dan berhitung). Dengan harapan pada saat masuk SD, anak-anak bisa lebih mudah memahami pelajaran. Padahal sebetulnya, calistung belum saatnya diajarkan pada anak TK.
Alasan utama
Anak TK sejatinya berada pada usia atau periode emas. Di mana pada periode ini, otak anak akan lebih banyak menyerap apa yang dilihat dan didengar. Memaksa anak untuk menguasai calistung di usia dini, bukannya menjadikan mereka hebat, tapi malah merusak kecerdasan mental dan beresiko menimbulkan stres.
Selain itu, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menyampaikan bahwa memberikan materi calistung pada anak-anak usia dini bisa menyebabkan terjadinya semangat belajar memudar. Alhasil pada saat kelas 3-4 SD, anak akan merasa jenuh dan tidak menikmati proses belajar di sekolah. Anak yang tadinya juara kelas karena sudah menguasai calistung dibandingkan teman-temannya, bisa mengalami penurunan ranking karena perasaan malas.
Biarkan anak-anak belajar sesuai usianya di mana sel-sel dalam otak juga sudah berkembang dan siap menerima pembelajaran tersebut. Jika belajar mengikuti usianya, maka perkembangan anak akan jauh lebih sempurna di setiap tahapannya.
Pada usia TK, karakter anak-anak sebaiknya dibentuk melalui kegiatan belajar yang menyenangkan. Biarkan perkembangan anak terstimulasi terlebih dahulu. Misalnya dengan bermain, menonton video, hingga datang langsung ke suatu tempat untuk belajar. Berkumpul di kelas dengan teman sebaya juga bagus untuk mengasah kemampuan sosial anak. Sesudah karakter anak sudah memiliki fondasi yang bagus, maka bisa disusul dengan pembelajaran kognitif dan psikomotorik.
Anak TK cukup sebatas kenal angka dan huruf
Via Pixabay
Meski tidak diperkenankan belajar calistung pada usia TK, anak-anak tetap harus diajarkan pengenalan angka dan huruf. Namun, hanya sekedar untuk mengetahuinya saja. Bukan untuk mahir melakukan perhitungan serta merangkai kata yang sempurna.
Untuk memperkenalkan angka dan huruf juga harus menggunakan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak. Misalnya mengenal angka dan huruf lewat lagu atau buku bergambar yang juga diselingi dengan pengenalan terhadap warna dan bentuk.
Kemampuan anak mengenal angka dan huruf saja sudah cukup menjadi bekal untuk mereka memahami pelajaran-pelajaran di SD.
Tes calistung dihapuskan untuk masuk SD
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, Nadiem, secara resmi menghapus tes calistung untuk masuk SD. Hal ini dilakukan untuk menegaskan bahwa anak TK sebenarya tidak perlu menguasai calistung terlebih dulu. Keputusan ini juga merupakan upaya penegasan dari Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru.
Menteri Nadiem kembali menyatakan bahwa alih-alih calistung, sebaiknya anak fokus diajarkan untuk membangun fondasi seputar kepribadian. Di antaranya adalah nilai agama dan budi pekerti, keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi, kematangan emosi untuk berkegiatan, kemampuan kognitif (dasar literasi dan numerasi), pengembangan keterampilan motorik, serta pemaknaan positif terhadap kegiatan belajar.
Melalui tulisan ini, kami juga berharap untuk para orangtua agar mau memahami permasalahan calistung. Pada dasarnya, semua anak itu pintar. Hanya saja memang tidak bisa dipaksakan untuk menguasai sesuatu sebelum waktunya. Biarkan anak-anak belajar dan bermain sesuai usianya sehingga nantinya mereka juga bisa menikmati masa-masa sekolah hingga SMA.