Dalam dunia parenting, kita sudah akrab dengan metode rewarding atau memberi hadiah atau reward apabila anak berhasil melakukan sebuah pencapaian. Entah itu meraih prestasi di sekolah atau sekedar sukses berbuat baik kepada sesama.
Dengan memberikan reward atau hadiah pada anak ketika berbuat benar, mereka akan merasa dihargai dan senang hati melakukannya kembali di masa mendatang. Tapi sebenarnya cara ini tidak sepenuhnya memberi dampak baik. Ada dampak buruk yang juga mengintai kepribadian anak apabila dilakukan terus-menerus.
Dampak memberi hadiah/reward untuk mendidik anak
Via Freepik
Tidak semua anak bisa langsung memahami maksud orangtua saat memberi reward. Lambat laun, anak malahan terbiasa menerima hadiah, bahkan meminta hadiah sesuai keinginan mereka dan menjadikannya sebagai barter.
Bukan tidak mungkin kalau suatu saat anak diminta untuk melakukan sesuatu, ia justru akan balik bertanya hadiah apa yang akan didapatkannya jika sudah melakukan hal tersebut. Tanpa penjelasan yang tepat, anak-anak akan selalu mengaitkan sesuatu dengan materi atau imbalan. Pada akhirnya kepribadian anak berkembang jadi tidak bisa melakukan sesuatu tanpa pamrih.
Ada juga anak-anak yang menganggap hadiah dari orangtua sebagai kontrol tersendiri. Mereka yang enggan diatur oleh orangtua, justru malah akan semakin melawan dan tidak menghargai hadiah pemberian orangtuanya.
Tips memilih hadiah atau reward yang tepat
Kalau bicara soal hadiah atau reward, mungkin yang terlintas di benak Anda sebagai orangtua adalah hadiah fisik dan materi. Di antaranya mainan, baju, boneka, makanan, dan uang jajan. Padahal hadiah atau reward juga bisa dilakukan secara abstrak, ini biasa disebut sebagai social reward.
Pemberian social reward diklaim mampu memberikan dampak positif yang lebih besar pada pengembangan kepribadian anak. Dengan demikian, anak pun tidak akan terus-terusan mengharapkan imbalan materi.
Beberapa contoh social reward yang dapat Anda terapkan adalah memberi pelukan, senyum, tos, pujian, perhatian ekstra, melakukan aktivitas bersama, dan sebagainya. Social reward juga mampu memperat hubungan antara anak dan orangtua, serta membuat mereka lebih merasa dicintai dan dihargai. Upaya social reward ini juga mengajarkan anak untuk menunjukkan kasih sayang kepada orang lain, lalu belajar menghargai hadiah yang sederhana.
Cara tepat memberi hadiah atau reward kepada anak
Via Freepik
Baik memberikan hadiah dalam bentuk materi atau social reward, orangtua perlu melakukannya dengan hati-hati. Inilah beberapa cara yang dapat Anda terapkan. Pertama-tama, berikan anak hadiah sesuai dengan janji yang telah dibuat. Dengan demikian anak tidak merasa bingung ataupun dibohongi. Lalu, jelaskan juga apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan hadiah tersebut.
Selain itu, fokuskan anak-anak terkait nilai-nilai kehidupan yang perlu mereka miliki, bukan fokus ke hadiah yang akan didapatkan. Hadiah hanya sebagai apresiasi, bukannya imbalan. Jika Anda mengharapkan anak memiliki kebiasaan yang baik, sebaiknya berikan hadiah apabila anak sudah berhasil melakukannya secara berkelanjutan. Misalnya saja memberi hadiah ketika anak berhasil meninggalkan popok di malam hari setelah 7 hari berturut-turut. Cara ini bisa membangun kebiasaan yang baik bagi si anak tanpa merasa terpaksa.
Beri reward pada anak karena mereka layak menerimanya atas kerja keras. Bukannya memberi hadiah sebagai suapan agar anak menurut. Orangtua juga perlu membatasi jumlah pemberian hadiah berupa materi kepada anak. Hal ini untuk mencegah anak ketergantungan akan materi, serta mengajarkan anak kalau tidak semua hal perlu dihadiahi.
Apabila anak sudah berhasil membentuk kebiasaan baik dan kepribadiannya telah berkembang. Mulailah beralih ke hal atau sikap lainnya yang perlu diajarkan kepada anak.