Mendengarkan suatu kritik masih menjadi momok yang sulit bagi orang dewasa, apalagi anak-anak. Emosi mereka belum matang dan pemahamannya belum baik. Bukannya menerima kritik, bisa-bisa si kecil malah tersinggung, merasa bersalah, serta takut melakukan hal yang baru. Namun pemberian kritik ini harus tetap dilakukan agar anak bisa bertumbuh dengan karakter kepribadian yang baik.
Sebagai orangtua, Anda perlu memperhatikan cara penyampaian kritik. Kritik sendiri tidak semuanya bersifat negatif. Adapula kritik yang sifatnya positif dan tentu cara ini lebih mudah diterima anak tanpa perasaan bersalah.
Yuk, terapkan cara menyampaikan kritik positif kepada anak berikut ini!
Hindari kritik yang menghakimi
Ketika melihat anak melakukan kesalahan, seringkali orangtua langsung menghakimi mereka. Salah satunya dengan memberikan label pada anak seperti “kamu bodoh”, “kamu anak ceroboh”, “kamu pelit”, dan sebagainya. Penghakiman tersebut hanya akan membuat anak merasa dirinya benar-benar pribadi yang buruk sesuai label dari orangtua. Bukannya memperbaiki diri, anak malah akan melekat pada label tersebut.
Penyampaian kritik yang jelas
Terkadang orangtua hanya mengkritik sebatas memberi tahu apa yang perlu anak lakukan. Hal ini akan membuat anak kebingungan mengapa mereka harus melakukan tersebut tanpa sebab. Oleh karena itu, sebaiknya Anda menyampaikan kritik dengan jelas. Mulai dari alasan anak harus berbuat demikian, hingga solusinya. Namun harus menggunakan kata-kata yang singkat dan mudah dipahami.
Ketahui pendapat dan perasaannya
Via PBS
Beberapa anak mungkin akan merasa dirinya tertekan saat dikritik. Jadi setelah Anda selesai mengkritik anak, tanyakan kepada anak terkait kesalahan yang dilakukannya. Cari tahu apa penyebabnya lalu apa perasaannya setelah melakukan hal tersebut. Dengarkan ungkapan anak tanpa perlu menyalahkannya kembali.
Dengan demikian anak akan merasa dihargai dan belajar untuk mengungkapkan perasaan pada orangtua. Emosi juga dapat dikontrol karena anak sudah bercerita, bukannya memendam perasaan sendirian.
Jelaskan konsekuensi dari kesalahan anak
Namanya anak-anak, mereka belum punya banyak pengalaman kehidupan sehingga selalu mencoba banyak hal termasuk sesuatu yang berakhir sebagai kesalahan. Mereka tidak tahu konsekuensi atas perbuatannya. Di sinilah peran orangtua sebagai pendidik dibutuhkan. Jelaskan kepada mereka apa konsekuensi dari kesalahan yang dilakukan. Alih-alih mengatakan “Jangan berlari di atas lantai yang basah”, ganti dengan kata-kata “Kalau berlari di atas lantai basah, kamu bisa terpeleset. Tunggu kering atau main di tempat lain ya.”
Beri pujian pada anak
Pada saat mengkritik anak, Anda juga bisa mencoba teknik sandwich. Teknik ini dilakukan dengan cara mengawali dan mengakhiri kritik dengan pujian terhadap perilaku anak. Misalnya, “Ibu bangga kamu berani naik komedi putar. Tapi, masih ada teman-teman yang mengantri untuk menaikinya. Next time, kamu bisa naik kuda lagi sesuai waktu yang sudah diberikan oleh tempat mainnya ya.”
Sabar dan penuh kasih sayang
Via Unsplash
Tata bahasa dan nada saat mengkritik anak juga perlu diperhatikan. Harus sabar, penuh kasih sayang, dan tidak berteriak atau menggunakan nada tinggi. Memberi kritik secara positif ini akan mengajarkan anak kalau mendapatkan kritik itu bukanlah sesuatu hal yang buruk karena kritik mampu membuat kita bertumbuh jadi pribadi yang baik.
Jaga kontak mata agar sejajar dengan anak dan beri pelukan bila perlu. Jika dilakukan dengan penuh sayang, anak pun mau mendengarkan dan mengolah kritik dari orangtua. Mengkritik dengan penuh emosi hanya akan memancing balik emosi anak sehingga hubungan malah jadi kurang harmonis.
Akhir kata, penting bagi orangtua untuk menjelaskan pada anak kalau berbuat kesalahan itu wajar namun bukan untuk diulangi. Happy parenting!