Memiliki anak lebih dari 1 orang, berarti Anda harus siap menghadapi beragam kepribadian dan sikap. Ada yang pintar dalam pelajaran, ada juga yang lebih pintar dalam urusan olahraga. Ada yang suka berbaur dengan orang baru, ada juga yang lebih suka bersantai di kamar. Perbedaan kepribadian seperti ini sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk Anda membandingkan anak satu sama lain. Pasalnya, kebiasaan membandingkan ini memiliki dampak buruk untuk masa depan anak.
Meningkatkan persaingan antar saudara
Via Freepik
Persaingan antar saudara apabila ke arah yang baik, tentu baik juga. Tapi jika dibandingkan terus menerus, yang ada malahan persaingan tidak sehat. Anak-anak bisa terlibat saling ejek atau bahkan berkelahi. Bukan tidak mungkin juga kalau anak-anak jadi saling menjatuhkan satu sama lain, padahal saudara seharusnya rukun dan saling membantu.
Menjauh dari orangtua
Anak yang selalu dibandingkan dengan kakak atau adiknya, suatu saat akan merasa tidak dihargai oleh orangtuanya. Alhasil, mereka memilih untuk menjauh dari orangtua dan menjadi pendiam. Mereka merasa jerih payahnya tidak dianggap, jadi untuk apa berbuat baik ataupun berbakti pada orangtua.
Menghambat talenta anak
Ketika misalnya si kakak memiliki prestasi di bidang sains, sedangkan si adik lebih berprestasi di bidang seni. Biarkan saja. Mereka baik di bidangnya masing-masing dan menikmati hal tersebut. Jangan sampai Anda ngotot anak harus berprestasi di bidang sains sehingga si adik jadi sedih dan tidak bisa mengembangkan talentanya di bidang seni.
Meningkatkan stres
Via Freepik
Siapa bilang anak tidak bisa merasa stres? Tentu bisa, apalagi karena dibandingkan dalam aneka aspek. Anak bisa merasa stres. Apabila dibiarkan berlarut-larut, anak berpotensi mengalami gangguan kecemasan yang pada akhirnya membuat prestasi semakin menurun dan tidak bersemangat melakukan berbagai kegiatan.
Bisa jadi obsesi
Selain gangguan kecemasan, anak juga bisa menjadi obsesi berlebihan demi memuaskan keinginan orangtua. Contohnya ketika anak selalu dibandingkan dengan adiknya yang selalu ranking 1. Maka ia bisa jadi terobsesi untuk belajar secara berlebihan demi bisa ranking 1 juga. Bahkan tidak segan mencari cara untuk menjatuhkan adiknya atau teman-teman sekelas. Obsesi ini tidak baik karena sudah ke arah negatif.
Menumbuhkan benih kebencian
Terkadang anak yang lebih unggul ketika dibandingkan dengan orangtuanya, tidak tahu apa-apa dan seringkali hanya diam. Namun, ia bisa jadi sasaran kebencian dari anak yang menjadi korban perbandingan.
Tidak hanya membenci saudara yang diunggulkan orangtua, si anak juga bisa membenci dirinya sendiri. Pasalnya, ia sudah berusaha sebisa mungkin namun tetap tidak berhasil meraih suatu prestasi karena memang bukan kemampuannya dan sudah merasa insecure duluan.
Enggan bersosialisasi
Via Freepik
Ketika dibanding-bandingkan dengan saudaranya, si anak ini akan melabeli dirinya secara tidak langsung sebagai anak yang kurang pintar atau tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan. Akibatnya, kepercayaan diri menurun dan dia enggan bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Ini baru 7 dampak negatif dari membandingkan anak dengan saudaranya ataupun teman lain. Masih ada dampak negatif lainnya yang mungkin muncul dan sulit diperbaiki apabila sudah terlanjur kejadian. Oleh karena itu, orangtua perlu berhenti membandingkan anak.
Tetapkan ekspektasi yang realistis terhadap masing-masing anak. Lalu, fokuslah pada kelebihan anak. Bukan pada kelemahannya. Apabila anak kesulitan untuk mengatasi kelemahannya, bantu perbaiki bukan membandingkannya. Tidak lupa untuk selalu memberi dukungan dan apresiasi atas kelebihannya. Prosesnya tidak mudah, tapi Anda sekeluarga pasti bisa melaluinya bersama.
How useful was this post?
Click on a star to rate it!
Average rating 4.8 / 5. Vote count: 712
No votes so far! Be the first to rate this post.