Finger painting yang saat ini tengah menjadi tren, sebenarnya sudah muncul sejak 1931 silam. Teknik melukis dengan jari ini diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Ruth Faison Shaw, seorang seniman sekaligus tokoh pendidikan asal Amerika. Seiring perkembangannya, aktivitas ini banyak dilakukan oleh anak-anak. Selain menyenangkan, finger painting juga dapat melatih kreativitas anak karena mereka bisa bebas berkreasi dengan tekstur, seni, dan warna.
Tak ada aturan baku yang harus dipelajari dalam finger painting. Itu sebabnya, kegiatan ini sangat disarankan untuk merangsang imajinasi anak Anda. Tak hanya sebagai medium mengekspresikan bakat seni yang dimiliki anak, finger painting pun dapat melatih motorik mereka. Sejumlah penelitian bahkan menyebut finger painting sebagai salah satu kegiatan yang mampu mengoptimalkan perkembangan otak anak sejak usia dini.
Finger painting juga dapat mengasah kreativitas anak melalui permainan warna. Secara tidak langsung, mereka akan belajar mengenai kombinasi warna-warna primer yang mampu menghasilkan warna yang berbeda sebagai turunannya. Keunikan dari melakukan kegiatan seni ini juga terlihat saat anak-anak menggoreskan adonan warna (bubur warna yang terbuat dari tepung maizena) di atas bidang gambar. Mereka akan sangat menikmati proses kreatif tersebut dibandingkan fokus terhadap hasil akhirnya.
Orang tua termasuk Anda, perlu menyadari bahwa anak dilahirkan dengan kemampuan dan bakat seni yang berbeda-beda. Hal ini terkait pula dengan optimalisasi penggunaan lima pancaindra mereka. Jika anak Anda termasuk anak yang pendiam sehingga sulit untuk mengekspresikan apa yang mereka inginkan, finger painting bisa menjadi solusi yang tepat. Mengapa? Karena kegiatan seni ini ternyata juga dapat menstimulasi keberanian dalam diri anak untuk bebas berekspresi meski bukan dalam bentuk kata-kata. Secara bertahap, finger painting pun akan meningkatkan kemampuan sekaligus keterampilan mereka dalam berkomunikasi.
Berbicara soal pancaindra, finger painting melibatkan hampir seluruh indra manusia. Mulai dari penglihatan, pendengaran, sentuhan, hingga penciuman. Jika adonan warna terbuat dari bahan yang bisa dikonsumsi serta aman untuk pencernaan anak Anda, bukan tidak mungkin kegiatan seni ini juga berguna untuk mengoptimalkan indra perasa mereka. Beberapa orang tua dan para guru kini mulai berinovasi untuk membuat aktivitas finger painting menjadi lebih menyenangkan. Salah satunya dengan membuat bahan pewarnaannya yang bisa dimakan. Wah, sepertinya bukan anak-anak saja ya, yang bisa kreatif dengan kegiatan seni ini, para orang tua dan guru pun dituntut untuk berkreasi.
Selain tepung maizena, kira-kira jenis makanan seperti apa yang digunakan sebagai bahan pewarnaan dalam finger painting? Buah berry ternyata kerap menjadi pilihan para orang tua dan guru untuk membuat bahan dasar pewarnaan yang digunakan dalam finger painting. Selain karena warnanya yang beragam, kandungan nutrisi pada jenis buah ini juga baik untuk tumbuh kembang anak-anak Anda sehingga tak perlu khawatir jika mereka mengonsumsinya. Jari-jari mungil mereka yang bersentuhan langsung dengan adonan warna memang rentan membuat anak beranggapan bahwa bahan tersebut bisa dimakan.
Nah, bagi Anda yang sudah tidak sabar mempraktikkan finger painting bersama anak-anak, berikut beberapa tips untuk melakukan kegiatan seni ini di rumah:
- Lakukan finger painting bersama-sama, peran Anda sangat dibutuhkan terutama saat memperkenalkan jenis kegiatan seni ini untuk pertama kalinya pada sang buah hati.
- Jika mereka sudah mengenal dan mulai menyukai finger painting, jangan ragu untuk bereksperimen dengan medium apa pun agar mereka bebas berekspresi.
- Meski tidak ada aturan pokok, namun tidak ada salahnya untuk mengajarkan sang anak menggambar pola-pola beraturan seperti garis.
- Sesekali, lakukan aktivitas ini di luar rumah. Selain mengandalkan imajinasi, biarkan anak Anda bereksplorasi dengan memilih sendiri objek sekitar yang akan mereka lukis.
Meski karya yang dihasilkan dari kegiatan finger painting cenderung berantakan dan berbentuk abstrak, namun hal tersebut justru membantu anak untuk lebih bebas menuangkan apa yang sedang mereka pikirkan dan rasakan pada sebuah bidang gambar. Nantinya, hasil karya mereka tetap dapat dinikmati sebagai produk seni yang jujur.