Helicopter Parenting, Baik atau Tidak?

Helicopter Parenting, Baik atau Tidak?

 

Di dunia ini tidak ada orangtua yang tega melihat anaknya menderita karena suatu hal. Dengan rasa memiliki tanggung jawab dan kasih sayang terhadap anak, orangtua pun tidak segan untuk membantu anak setiap mereka mengalami kesulitan. Metode parenting seperti ini kerap dikenal sebagai teknik helicopter parenting.

Fokus utama pada teknik parenting helikopter adalah orangtua selalu melindungi dan membantu anak setiap saat serta di mana pun berada. Layaknya helikopter yang membayangi objek di bawahnya. Yang kemudian jadi pertanyaan adalah apakah teknik helicopter parenting ini bermanfaat atau malah berbahaya?

 

Selalu membayangi si kecil

 

Niat hati orangtua adalah memastikan si kecil selalu ada dalam pengawasan orangtua sehingga terhindar dari kecelakaan. Misalnya saja ketika memantau anak selagi berada di taman bermain. Pengawasan yang sempurna memang dapat menghindari anak dari penculikan atau kekerasan oleh anak lain. Namun, jika dilakukan berlebihan maka bisa berefek buruk pada perkembangan anak.

Biasanya orangtua jadi ikut terlibat dalam konflik anak dan temannya, seperti membela anak sehingga anak tidak perlu berbuat apa-apa dan berlindung di balik orangtua. Akhirnya si kecil tidak memiliki inisiatif dan keberanian untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang tepat. Toh semuanya akan dilakukan oleh orangtuanya.

 

Melaksanakan tanggung jawab anak

 

Via Freepik

 

Anak usia sekolah memiliki tanggung jawab sebagai pelajar dan makhluk sosial. Namun tidak dapat dipungkiri kalau suatu saat anak akan merasa malas untuk mengerjakan tugas tertentu. Orangtua yang menerapkan teknik parenting helikopter biasanya akan segera menyelesaikan tugas anak, bahkan tanpa diminta. Mereka juga selalu menjadi solusi untuk keteledoran anak. Misalnya saja saat lupa membawa tugas ke sekolah, lalu orangtua akan langsung membawakannya agar anak tidak dimarahi.

Lama-kelamaan si kecil akan mengandalkan orangtua dan melupakan tanggung jawabnya. “Tidak usah kerjain PR deh, nanti mama pasti akan bantu kerjain” atau “Ah gapapa ketinggalan, minta papa antarkan saja tugasnya ke sekolah.” Bisa dikatakan anak-anak nantinya akan tumbuh manja dan selalu bergantung pada mama papa.

 

Orangtua kerap tidak menyadari

 

Via Freepik

 

Teknik helicopter parenting sejatinya merupakan teknik parenting yang tidak pernah disadari oleh orangtua. Pasalnya, orangtua hanya beranggapan kalau mereka berusaha memberikan yang terbaik untuk anak. Dengan demikian anak bisa tumbuh jadi manusia yang berbahagia dan sukses di kemudian hari.

Beberapa orangtua yang tidak sadar telah menerapkan teknik helicopter parenting, tentu sempat berpikir kalau memanjakan anak itu tidak baik. Namun perasaan tersebut kalah ketika melihat anak mengalami kesulitan dan kegagalan.

 

Menghindari gaya pengasuhan ala teknik helikopter

 

Apakah Anda ternyata pernah atau bahkan masih menerapkan teknik helikopter seperti ini? Jika iya, tidak ada kata terlambat untuk meninggalkannya. Pertama-tama, biarkan anak memahami dan mengalami konsekuensi. Apabila anak tidak mengerjakan PR dan membawa tugas, maka mereka perlu menerima sanksi dari guru. Lalu jadikan ini pelajaran agar lebih bertanggung jawab terhadap tugasnya.

Mama papa juga perlu ajarkan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Serta, mama papa pun perlu menegaskan kepada diri sendiri kalau anak tidak bisa setiap saat berhasil. Ini semua bagian dari pembelajaran hidup.

Saat anak mengalami kegagalan, mama papa hadir di sisinya sebagai pemberi dukungan. Ajak anak untuk bangkit dan memikirkan solusi ke depannya. Anak yang tidak pernah mengenal kegagalan semasa kecil, akan mudah terpuruk di saat dewasa mengalami kegagalan.

Kesimpulannya, teknik helicopter parenting itu dapat membahayakan masa depan anak. Mereka tumbuh jadi pribadi yang manja dan tidak dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri, serta kesulitan mengambil keputusan.

 

Exit mobile version