Hukuman fisik biasanya berupa pukulan atau tamparan maupun hukuman secara verbal berupa bentakan atau makian. Hal ini bukanlah bentuk hukuman yang tepat untuk mengajarkan disiplin pada anak. Hukuman fisik semacam itu hanya membuat anak takut dan menjadi tidak percaya diri. Karenanya, mulai saat ini lebih baik Anda terapkan disiplin pada anak dengan cara yang lebih bersahabat namun tegas.
Menurut psikolog Ery Soekresno dalam buku Friendly Parenting, hukuman fisik seperti memukul dan membentak anak memang bisa membuatnya lebih cepat mengerti apa yang diinginkan orang tua. Namun, kebiasaan itu bukan bentuk mendidik anak yang baik karena hukuman fisik tidak mendorong timbulnya penyadaran pada anak, tetapi sekadar keterpaksaan.
Nah, daripada memberi hukuman fisik, Anda dapat memberi hukuman time out dengan menyuruh anak masuk ke kamarnya selama beberapa menit, misalnya selama 5 menit. Jangan terlalu lama memberikan hukuman ini, atau terlalu singkat, karena jika terlalu singkat esensi hukuman akan hilang. Sebaliknya, jika terlalu lama anak akan merasa bosan dan cenderung melakukan pemberontakan. Cukup beri hukuman yang ideal karena esensi hukuman ini adalah membuat anak sadar bahwa perilakunya itu salah dan Anda tidak menyukainya.
Untuk membantu menentukan lamanya waktu hukuman, Anda dapat menjadikan usia anak sebagai patokan, misalnya satu menit untuk usia satu tahun. Jika anak usia 6 tahun, ia harus menjalani hukuman selama 6 menit, 7 tahun selama 7 menit, demikian seterusnya.
Selama anak menjalani masa hukuman, tetaplah bersikap tenang. Anda tidak perlu berkata apa-apa kepadanya. Anak mungkin akan mencoba bernegosiasi dengan Anda agar terhindar dari hukuman dengan menyampaikan alasan-alasan atau membela diri atas kesalahan yang sudah ia lakukan.
Untuk melaksanakan hukuman time out Anda perlu mempersiapkan tempat khusus. Jika anak sudah memiliki kamar sendiri, Anda dapat menggunakan kamar sebagai tempat yang paling ideal dalam menjalankan hukuman ini. Dengan menjalani hukuman di dalam kamar, kontak visual antara Anda dan anak tidak akan terjadi. Kamar pribadi juga merupakan tempat hukuman paling ideal karena di ruangan itu anak merasa nyaman karena ia lebih familier.
Bagaimana jika hukuman dilakukan di ruangan lain? Bisa saja. Anda dapat meminta anak duduk di anak tangga atau di tempat lain di dalam rumah. Namun, jangan memilih ruangan yang gelap, kotor, atau jauh dari jangkauan pengawasan Anda. Ruang bermain bisa menjadi alternatif anak menjalani hukumannya.
Sudut hukuman bisa dibuat sederhana, misalnya dengan menyediakan kursi tempat anak harus duduk selama waktu hukuman. Sudut hukuman juga dapat dimodifikasi untuk memberi anak kegiatan positif selama ia menjalani hukuman. Misalnya sediakan rak yang berisi buku-buku. Berharaplah dalam hati, anak punya inisiatif untuk membaca buku selama masa hukuman. Namun, jangan menyuruhnya membaca buku, karena ia akan menganggap membaca merupakan bagian dari hukuman.
Lalu bagaimana bila ia terus menangis atau tidak berhenti mengamuk saat menjalani hukuman? Abaikan. Selama tindakannya tidak menyakiti dirinya sendiri dan orang lain, atau merusak benda-benda di sekitarnya, Anda tidak perlu merespons tangisan anak. Hukuman harus tetap ditegakkan sehingga pendidikan disiplin dapat dilaksanakan dengan baik.
Setelah anak melewati hukuman time out-nya, berikan pujian karena ia telah menjalani hukuman sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Anda bisa memberinya pelukan sambil mengucapkan kata-kata penuh kasih sayang, seperti “Sini, Ayah/Bunda sayang dulu” (sambil mencium pipi atau keningnya). Hal ini dapat menurunkan ketegangan serta menyiratkan bahwa Anda tetap menyayanginya meski ia harus menjalani hukuman.