Anak berprestasi di sekolah dan berbuat baik pasti menyenangkan orang tua. Niatnya sih, ingin agar si kecil selalu begitu. Namun, ternyata terlalu sering dan berlebihan saat memuji anak juga bukan tindakan bijak.
Memuji anak secara berlebihan, meski dengan tujuan baik, bisa membuat anak menjadi pamrih. Selain itu, terlalu sering memuji mereka juga mengakibatkan timbulnya sifat sombong.
Lalu, apa yang sebaiknya orang tua lakukan? Tidak ada yang salah dengan memuji anak. Selain menghargai dan membuat mereka merasa dicintai, wajar bila orang tua ingin mengekspresikan rasa sayang mereka. Nah, ini lima (5) cara memuji anak tanpa harus berlebihan:
Memuji dengan alasan yang jelas dan tidak superfisial.
Jangan selalu memuji tanpa alasan jelas, karena membuat anak cepat puas. Akibatnya, mereka jadi malas berusaha dan bahkan kesulitan saat menghadapi tantangan-tantangan hidup berikutnya. Yang ada mereka malah jadi sulit berkembang.
Hindari terlalu memuji anak dengan alasan superfisial, misalnya terkait dengan betapa tampan dan cantiknya wajah mereka. Justru, Anda harus rajin mengingatkan bahwa anak yang baik adalah anak yang tetap berperilaku baik terhadap sesama, bahkan tanpa berharap dipuji.
Memuji saat anak benar-benar melalui masalah dengan usaha sendiri.
Bila memuji anak karena hal-hal yang sudah jelas bisa mereka lakukan, rasanya tidak perlu. Ini juga bisa menyebabkan mereka cepat puas dan enggan mencoba hal-hal lain yang belum pernah mereka pelajari.
Namun, bila memuji mereka karena berhasil melalui masalah dengan usaha sendiri lebih baik. Contoh: bila tadinya si kecil membenci matematika karena menganggapnya susah, Anda bisa terus mendorongnya agar tetap berusaha.
Tentu saja, tidak perlu terlalu mematok bahwa nilai mereka harus sempurna. Bila anak akhirnya bisa mencapai nilai lumayan dan mulai menyukainya, Anda bisa memberikan pujian. Siapa tahu, minat si kecil akan pelajaran yang semula dihindarinya jadi bertambah besar.
Memuji tanpa membanding-bandingkan dengan anak lain.
Hindari memuji anak dengan mengambil contoh anak lain sebagai perbandingan. Ini sama saja dengan menanamkan sifat superior dan bibit permusuhan. Bayangkan bila suatu saat si kecil kalah bersaing sama anak yang semula jadi perbandingan. Salah-salah bisa timbul rasa benci yang sebenarnya tidak beralasan.
Setiap anak memiliki bakat istimewa masing-masing. Barangkali kakak memang jago matematika. Tapi, bisa jadi adik lebih hebat dalam menggambar. Tidak ada yang salah dengan perbedaan itu. Dukunglah anak sesuai dengan bakat dan minat mereka, tanpa harus merasa bersaing dengan anak lain.
Memuji tanpa harus melakukannya di depan saudara mereka.
Apakah saat itu orang tua sedang kesal dengan ulah si kakak atau adik? Hindari melampiaskannya dengan memuji satu anak, namun dengan tujuan menjatuhkan mental anak lain. Yang bisa terjadi, orang tua malah mengadu domba anak-anak mereka sendiri. Mereka akan saling bersaing dengan rasa iri dan benci.
Pisahkan rasa kesal orang tua dengan tidak menumbalkan hubungan anak-anak. Si kecil yang dipuji-puji juga pasti tidak senang bila kakak atau adik jadi marah sama mereka karena pujian dari orang tua.
Memuji tanpa harus selalu dengan iming-iming imbalan tambahan.
Bolehlah sesekali orang tua mentraktir si kecil makan es krim saat nilai ulangannya bagus. Boleh juga membelikan mereka mainan impian saat mereka menjuarai lomba di sekolah. Namun, memuji dengan tambahan iming-iming ini berpotensi membuat mereka pamrih.
Jadinya, anak berbuat baik atau berprestasi hanya demi pujian dan hadiah dari orang tua. Tidak mau mereka sampai begitu, bukan?
Memuji anak tanpa berlebihan bisa, kok. Tinggal ikuti lima (5) contoh saran di atas.
All comments (1)
KAFFAH
makasih tipnya sangat membantu
Reply