Cara kita berkomunikasi dengan orang dewasa tentu berbeda dengan cara kita berkomunikasi kepada anak-anak sebagai orangtua. Anak-anak belum memiliki pemahaman yang baik terhadap bahasa maupun sebuah topik pembicaraan. Oleh karenanya, orangtua perlu menggunakan cara yang tepat agar tujuan dari komunikasi tersebut pun bisa terwujud.
Komunikasi yang efektif merupakan kunci dari eratnya hubungan antar orangtua dan anak, serta anak dengan orang lain di sekitarnya. Anak-anak lebih merasa percaya diri dan dihargai. Komunikasi dengan anak balita sejatinya dapat dilakukan ketika anak sudah mampu berbicara. Berikut cara untuk membangun komunikasi dengan anak balita yang efektif.
Jadi pendengar yang baik
Komunikasi yang efektif tidak hanya didominasi dengan berbicara, tapi juga mendengar. Sebagai orangtua, Anda pertama-tama perlu menjadi pendengar yang baik terlebih dulu. Dengarkan cerita anak dengan seksama dan lontarkan pertanyaan terkait cerita tersebut. Mereka pun akan merasa dihargai dan semakin nyaman berkomunikasi dengan Anda. Secara tidak langsung, anak-anak juga akan meniru orangtuanya dan mau jadi pendengar yang baik untuk orang lain.
Libatkan bahasa tubuh
Komunikasi terdiri dari verbal dan non verbal. Saat anak belum menguasai betul komunikasi verbal, maka Anda bisa libatkan komunikasi non verbal berupa bahasa tubuh. Misalnya dengan menunjuk benda yang dimaksud atau menampilkan ekspresi perasaan pada raut muka.
Tidak memaksa anak berkomunikasi
Via Freepik
Ada kalanya anak balita kesulitan mengontrol emosi yang tengah dirasakannya. Pada saat itu anak akan kesulitan merangkai kata dan mengungkapkan perasaannya. Sebaiknya tidak dipaksa, ya. Karena anak bisa menjadi panik dan semakin takut. Berikan anak waktu beberapa saat hingga merasa tenang dan katakan bahwa Anda akan datang kembali ketika mereka sudah siap untuk mulai berkomunikasi kembali. Namun perlu diingat bahwa Anda dan anak tidak mendiamkan sebuah masalah selama seharian. Kalau memungkinkan, buat perjanjian berapa lama anak butuh waktu untuk menyendiri. Misalnya 15 menit atau 30 menit.
Gunakan kata-kata motivasi
Kata-kata yang bersifat positif akan membangun rasa percaya diri dan meningkatkan semangat dalam diri anak. Oleh karenanya selalu gunakan kata-kata yang memotivasi anak. Secara tidak langsung anak-anak akan menerapkan perkataan positif tersebut pada kesehariannya.
Menghindari kata jangan dan tidak
Ketika orangtua melarang anak dengan mengucapkan kata jangan dan tidak, anak-anak malahan akan kesulitan memahami apa yang sebenarnya harus dilakukan. Bahkan ada beberapa anak yang ketika dilarang justru semakin penasaran dan ingin mencobanya.
Ganti kalimat larangan dengan kalimat ajakan. Misalnya alih-alih melarang anak buang sampah sembarangan, Anda bisa lontarkan kalimat ajakan seperti “yuk, buang sampahnya ke tong sampah” atau “adik harus pisahkan sampah yang dapat didaur ulang dan tidak ke dalam wadah yang sudah disediakan”.
Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
Sebisa mungkin gunakanlah bahasa yang sederhana agar anak balita lebih mudah memahaminya. Kalimat tidak perlu terlalu panjang. Lalu pilih kosakata yang mudah didengar dan sudah akrab di telinga anak. Apabila ada kata baru yang anak belum paham artinya, Anda bisa jelaskan terlebih dulu dengan memberi contoh atau menunjuk benda yang dimaksud, ataupun menggunakan perumpamaan.
Kontak mata
Via Freepik
Meski terdengar sepele, kenyataannya menjaga kontak mata selama berkomunikasi dengan anak adalah cara yang efektif untuk menyampaikan pesan dan memperkuat bonding antar kedua belah pihak. Pastikan eye level Anda sejajar dengan eye level anak. Jika anak masih terlalu kecil, Anda bisa membungkuk sambil menatap atau mengajaknya berkomunikasi sambil duduk bersama.
Semoga dengan berlangsungnya komunikasi dengan anak yang efektif, Anda dan anak bisa saling memahami apa keinginan dan pemikiran satu sama lain. Dengan begitu keharmonisan dan keakraban keluarga pun dapat terjalin sejak dini.