Lato-Lato, Untuk Balita atau Bukan?

Lato-Lato, Untuk Balita atau Bukan?

 

Mainan untuk anak balita saat ini hadir di pasaran dalam aneka desain. Belakangan ini ada lato-lato yang ngetren di kalangan anak-anak. Balita yang melihat pun jadi ikut minta dibelikan. Mama papa, jangan sembarangan kasih lato-lato kepada balita ya. Sudah ada banyak kasus di mana kepala balita mengalami memar akibat benturan lato-lato.

Sebagai orangtua yang bijak, Anda perlu memilih mainan yang tepat untuk anak balita. Tidak hanya menghibur dan edukatif, tapi juga harus aman bagi si buah hati. Pasalnya sudah ada banyak kasus di mana balita terpaksa dilarikan ke rumah sakit akibat mainan yang tidak sesuai. Biar tidak menimpa anak Anda, mari simak tips memilih mainan untuk balita berikut ini!

 

Sesuaikan dengan usia anak

 

Usia anak memiliki kaitan erat dengan perkembangan otak dan panca inderanya. Maka supaya mainan disukai anak dan bisa memberi edukasi sebagaimana mestinya, mainan tersebut harus sesuai dengan usia anak. Mainan seperti lato-lato sudah tentu belum cocok dimainkan oleh anak-anak di bawah usia lima tahun karena merela belum mampu mengontrol gerak tangannya dengan baik. Suara yang ditimbulkan oleh lato-lato juga berpotensi merusak indera pendengaran balita yang masih sensitif.

Salah satu cara mudah untuk mengetahui mana mainan yang sesuai untuk anak adalah dengan mengecek pada kemasan mainan. Biasanya ada tertera keterangan usia anak yang sesuai. Misalnya untuk anak di atas 1 tahun, 3 tahun, newborn, dan sebagainya.

 

Perhatikan ukuran mainan

 

Via Freepik

 

Para balita juga sebaiknya diberi mainan yang berukuran besar. Setidaknya berukuran diameter 3 cm atau panjang 6 cm. Ukuran ini disarankan agar mainan tidak bisa tertelan oleh balita dengan mudah. Perlu diketahui jika mainan tertelan oleh anak, maka besar peluang pernafasan anak akan tersumbat dan membahayakan keselamatan nyawanya. Untuk ukuran lato-lato sendiri masih termasuk kurang besar dan dapat dimasukkan ke dalam mulut oleh si kecil. Ini termasuk mainan DIY gelang dari manik, mainan pancing dengan ikan mungil, dan sebagainya.

 

Tempat baterai harus tertutup rapat

 

Ada juga mainan anak yang menggunakan baterai supaya bisa bergerak, mengeluarkan suara, serta memancarkan sinar. Memang menarik, tapi orangtua perlu berhati-hati ya. Pastikan tempat baterai memiliki penutup khusus yang rapat dan dikunci menggunakan baut.

Dengan demikian, anak Anda tidak dapat membongkar baterai dan memasukkannya ke mulut. Selain rawan tersedak, baterai juga mengandung bahan berbahaya.

 

Mainan tidak mudah patah dan tajam

 

Balita seringkali belum paham betul cara mengoperasikan mainan. Bantingan dan injakan bisa membuat mainan patah dan menghasilkan sudut yang tajam nan berbahaya. Maka, pilihlah mainan yang dibuat dari material tidak mudah patah. Atau bisa juga memilih material yang lentur seperti karet dan kain.

Selain itu, perhatikan juga setiap sudut mainan yang akan dibeli. Sudutnya tidak boleh tajam. Demikian pula aksen-aksen pada mainan tersebut.

 

Tidak bertali Panjang

 

Mainan tertentu seperti boneka, tali lompat, dan lainnya mungkin memiliki tali atau untaian yang berpotensi melilit leher balita. Untuk mencegah hal ini terjadi, pastikan bagian tali tidak lebih dari 18 cm.

 

Seimbang dan kokoh

 

Jika Anda ingin membelikan mainan yang dapat ditunggangi seperti kuda atau kendaraan mini, pastikan mainan tersebut seimbang dan kokoh. Keseimbangan mainan yang baik dapat mengurangi resiko balita terjatuh. Mainan juga harus kokoh agar tidak mudah hancur ketika anak menabrakkannya ke segala arah.

 

Strerotype gender

 

Via Freepik

 

Stereotipe gender bukanlah hal yang asing, bahkan anak-anak sudah sering mengalaminya melalui mainan. Contohnya saja mainan anak perempuan identik dengan fashion, perhiasan, masak-masakan, dan kecantikan. Sedangkan mainan anak laki-laki identik dengan kekuatan dan sport seperti mainan senjata, mobil-mobilan, dll.

Membelikan mainan berdasarkan stereotype gender hanya akan membuat anak tumbuh besar dengan stereotipe tersebut dan tidak terbuka dengan peluang artistik serta keterampilan fisik yang luas. Untuk mencegah hal ini terjadi, sebaiknya Anda tidak terlalu fokus pada mainan salah satu gender. Anak laki-laki juga boleh main masak-masakan. Begitu pula anak perempuan yang diberi mobil-mobilan.

Kesimpulannya, memilih mainan untuk anak jangan hanya karena ikut-ikutan atau karena sedang populer saja. Kalau mampu memberikan mainan yang aman dan edukatif, pastinya Anda sebagai orangtua pun bisa lebih tenang melihat mereka bersenang-senang main sepuasnya. Selamat bermain dengan si buah hati!

 

Exit mobile version