Ilmu parenting memang tidak akan pernah ada ujungnya. Ada banyak cara atau metode yang ditawarkan untuk mendidik anak sehingga mereka bisa menjadi pribadi yang santun, berwibawa, dan pintar. Salah satunya mendidik anak dengan keras yang sering terjadi pada generasi 80-90an. Cara ini dianggap oleh sebagian orangtua mampu menjadikan anak lebih disiplin, tidak manja, hormat, dan sebagainya.
Yang menjadi perdebatan, apakah sebenarnya perlu mendidik anak dengan keras? Modern ini, mendidik anak dengan keras sangat tidak dianjurkan. Lantaran bisa memberikan dampak negatif pada anak. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
Menciptakan kenangan buruk
Saat mendidik anak dengan keras, seringkali orangtua menggunakan nada bicara tinggi bahkan memukul. Ini akan menjadi kenangan yang buruk pada masa kecil anak. Bila dibiarkan berlarut-larut, anak bisa mengalami trauma seumur hidupnya. Mereka akan mudah takut saat mendengar suara keras dan sebagainya.
Anak jadi penakut
Via Freepik
Tidak jarang anak yang dididik keras akan jadi pribadi yang penakut. Bukan hanya takut kepada orang, tapi juga takut melakukan suatu hal yang baru. Dampak buruk ini akan membuatnya sulit berbaur dengan teman dan menghambat karirnya di masa depan.
Didikan keras tidak menjamin anak jadi disiplin
Salah satu bentuk didikan yang keras dari orangtua adalah adanya aturan bagi anak ketika melakukan sesuatu. Misalnya habis sekolah langsung pulang dan lanjut ikut les, tidak boleh main dengan teman. Atau adanya larangan main laptop. Sebagian anak akan merasa tertekan, tapi sebagian besar lainnya hanya akan jadi pemberontak.
Anak-anak yang merasa dikekang dengan aturan keras tersebut malah akan semakin penasaran dan mencari cara untuk bisa melanggar aturan. Karena dilakukan diam-diam, justru orangtua tidak bisa memantau yang dilakukan anak. Bukan tidak mungkin si anak malah jadi terjerumus pergaulan yang kurang tepat dan mengakses situs-situs ilegal.
Bersikap keras tidak membuat anak paham akan kesalahannya
Anak-anak kerap melakukan kesalahan dalam kehidupan sehari-hari. Entah karena ketidaksengajaan atau memang karena mereka belum memahami cara kerja suatu hal. Kerap kali orangtua langsung mengomeli dan membentak anak ketika kesalahan terjadi.
Perilaku tersebut hanya akan membuat anak merasa takut, tanpa mengetahui secara pasti di mana letak kesalahannya dan bagaimana cara mengatasinya. Sebaiknya ketika anak melakukan kesalahan, orangtua tidak perlu langsung marah-marah. Melainkan membimbingnya dengan cara menjelaskan apa kesalahannya dan beri solusi agar anak tidak mengulanginya lagi.
Merenggangnya hubungan orangtua dan anak
Ketika terus diomeli dan dididik dengan keras, anak akan merasa tidak nyaman. Bahkan mereka akan berpikir kalau orangtua tidak menyayanginya. Alhasil hubungan antara orangtua dan anak jadi renggang. Pikirnya, lebih baik tidak usah cerita ke orangtua karena nanti hanya akan diomeli. Padahal pada masa kanak-kanak, orangtua perlu menjalin hubungan baik dengan anak dan mengajarkannya tentang nilai kehidupan.
Anak meniru perilaku orangtua
Via Freepik
Respon anak terhadap didikan keras orangtuanya bisa memberi efek beragam. Ada yang jadi takut, ada juga yang malah meniru perilaku orangtua. Ingatlah kalau anak adalah peniru yang ulung. Dengan bersikap keras, anak-anak akan belajar kalau inilah sikap orang seharusnya.
Akhirnya anak akan meniru perilaku orangtua dan mengaplikasikannya kepada orang lain. Mereka bisa jadi keras kepada teman di sekolah.
Kemampuan sosialisasi rendah
Kebanyakan anak yang dididik dengan keras pada akhirnya memiliki perilaku yang kurang disukai oleh masyarakat. Sebut saja dari egois, keras kepala, pemarah, dan tidak pedulu pada lingkungan sekitar. Ini hanya akan membuat orang lain menjauhinya.
So, Anda sebaiknya menghindari parenting dengan didikan keras. Tahan emosimu dan pahami perasaan anak. Ajarkan semua hal dengan tindakan positif dan berulang maka mereka akan paham.