Mengajarkan etika pada anak harus dilakukan sejak dini. Bukan hanya ketika anak sudah lahir ke dunia dan mulai tampak responsnya terhadap orang lain, tetapi sejak masih dalam kandungan ibunya. Seiring dengan pertumbuhannya, Anda pun harus melanjutkan pengajaran etika yang disesuaikan dengan usianya. Pasalnya, perkembangan otak anak untuk memahami stimulus berbeda-beda, tergantung umur.
Berikut ini beberapa tahapan mengajarkan etika pada anak, mulai dari anak berada dalam kandungan hingga mencapai usia yang dianggap dewasa, yaitu sekitar 17 tahun.
Mengajarkan Etika Pada Anak dalam Kandungan
Pembentukan pribadi anak dimulai sejak dalam kandungan. Hal-hal yang harus dilakukan orang tua untuk membentuk kepribadiannya antara lain:
1. Memberikan contoh yang baik
Bukanlah hal yang bijaksana apabila Anda mengharapkan anak memiliki etika yang baik, padahal Anda tidak menerapkan etika yang baik pada diri sendiri. Sementara pada usia 16 minggu, janin sudah sudah bisa mendengar dan merespons suara ibunya. Tanpa disadari, etika sang ibu akan ditiru anak saat dia lahir dan tumbuh besar.
2. Banyak beribadah dan berdoa
Rajinlah beribadah saat anak sedang dalam kandungan, bukan hanya bagi sang ibu, tetapi juga bagi sang ayah sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab. Jangan lupa juga berdoa untuk kebaikan anak selama dalam kandungan dan setelah kelahirannya nanti.
Mengajarkan Etika pada Bayi 0 hingga 2 Tahun
Beberapa hal yang harus dilakukan orang tua pada masa ini sebagai berikut:
- Selalu menunjukkan kasih sayang dan kelembutan pada anak.
- Selalu memenuhi kebutuhan anak dengan cepat.
- Mengajak anak berbicara agar dia merasa dianggap ada.
- Memperbanyak sentuhan penuh cinta, seperti mengelus, mencium, memeluk, dan sebagainya.
- Mengucapkan kalimat-kalimat positif yang menunjukkan kasih sayang, seperti “Ayah dan Bunda sangat mencintaimu,” “Kamu adalah anak pintarnya Ayah dan Ibu,” dan sebagainya.
- Memuji anak atas gerakan-gerakan yang dia coba lakukan, seperti tersenyum, memiringkan badan, tengkurap, dan sebagainya.
- Membuat anak tidak merasa sendirian dengan cara selalu meminta izin saat akan meninggalkannya sejenak, atau jika akan bepergian. Titipkan pada orang tepercaya dan katakan pada anak bahwa Anda akan kembali.
Mengajarkan Etika pada Balita (Usia 2-5 Tahun)
Pada usia emas ini, intensifkan mengajar etika karena masa inilah yang menentukan bagaimana dia bersikap kepada orang lain nantinya. Cara-cara yang dapat Anda lakukan di antaranya:
- Beri contoh dengan menggunakan kata-kata dan ungkapan, seperti tolong, terima kasih, permisi, maaf, ketika berbicara di dekat anak Anda. Lalu, dorong mereka untuk melakukan hal yang sama.
- Berhati-hati dalam memilih kata saat berbicara di dekat si kecil. Pada usia ini, mereka memasuki tahap meniru yang sangat besar.
- Ajarkan bagaimana cara menunjukkan rasa hormat kepada orang yang lebih tua, berperilaku tenang di tempat umum, dan tidak mengganggu orang lain dalam percakapan. Ajarkan juga untuk meminta izin saat ingin menggunakan milik orang lain.
- Tetap tenang menghadapi sikap tantrum anak. Pada usia ini, anak memasuki fase sering mengalami tantrum. Tetap sabar dan tunjukkan ketenangan dalam menghadapinya agar dia tidak merasa sebagai beban bagi orang tuanya.
Mengajarkan Etika pada Anak Usia Sekolah hingga Remaja dan Memasuki Usia Dewasa (5-17 Tahun)
Pada tahap ini, anak memasuki fase ‘aplikasi’, yaitu menerapkan apa yang sudah Anda ajarkan selama ini. Hal-hal yang harus Anda lakukan pada tahap ini adalah:
- Tidak mengabaikan perilaku buruk anak. Segera beritahu kesalahannya dan ingatkan anak untuk tidak mengulanginya.
- Perbanyak diskusi tentang apa saja yang dilakukan anak di sekolahnya, bagaimana perilaku guru dan teman-temannya, dan beri dia solusi untuk menghadapi persoalan dengan lebih bijak di kemudian hari.
Demikianlah tahapan-tahapan dalam mengajarkan etika sejak dini. Selamat mempraktikkannya!