6 Strategi agar Anak Mampu Mengendalikan Emosi

Emosi merupakan perasaan dasar yang dimiliki anak sejak di dalam rahim. Emosi makin berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Anak yang tidak pandai mengendalikan emosi, biasanya suka mengamuk.

Alasan kemarahannya pun sepele, misalnya makanan yang dia tunggu tidak kunjung datang. Awalnya dia bisa bersabar. Tapi karena sudah lapar, si kecil bisa meluapkan emosinya dengan cara menangis atau mengamuk. Tentu Anda tidak ingin hal ini terjadi bukan?

Mengajarkan anak agar mengendalikan emosinya memang tidak mudah. Namun tenang saja, karena enam strategi ini akan membantu Anda dalam mengatasi kemarahan anak.

 

Source - pixabay

Source – pixabay

 

Anak-anak dengan rentang usia 2-6 tahun mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap hal baru. Dia ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan. Adakalanya, kemampuannya tidak sebesar keinginannya. Saat itulah dia merasa kesal dan mulai mengekspresikan emosinya.

Untuk mencegah hal itu terjadi, cobalah mengenali karakter anak. Pelajari sesuatu yang dia sukai. Amati kebiasaannya, seperti memerhatikan jam tidur, waktu makan, dan saat dia bermain. Dengan cara ini, Anda pun mudah memahami keinginan anak dan penyebab kemarahannya.

 

Source – Pixabay

 

Penyebab kekesalan anak tidak hanya bersumber dari dirinya. Anda pun bisa menjadi sumbernya. Mungkin, aktivitas Anda terlalu padat sehingga melupakan kehadiran anak. Saat itulah anak merasa kesal dan mengungkapkannya dalam bentuk kemarahan.

Salah satu cara mengendalikan emosinya, yaitu dengan memberikan pelukan hangat. Biasakan tindakan itu sebelum Anda pergi. Minimal, Anda menggendongnya ketika bangun tidur sambil menemaninya sebentar.

 

Source – Pixabay

 

Seorang anak cenderung meniru perilaku orang tuanya. Ketika Anda memiliki masalah dengan anggota keluarga lainnya, sebaiknya tidak ditunjukkan di depan anak. Hindari bertengkar di hadapannya.

Pasalnya, hal tersebut dapat memancing emosional anak. Kelak dia sulit mengendalikan emosi dan gemar berkata kasar. Jadi, berikan contoh yang baik pada anak agar dia tumbuh menjadi pribadi yang emosinya stabil.

 

Source – pixabay

 

Acapkali, anak-anak mengamuk tanpa sebab yang jelas. Apalagi dia marah saat berada di pusat keramaian, tentu konsentrasi Anda untuk menenangkan anak jadi terganggu. Jika ini terjadi, bawalah anak ke tempat sepi, lalu biarkan dia meluapkan emosinya.

Setelah dia lelah, bicaralah dengannya. Katakan padanya, bahwa mengendalikan emosi sangat penting agar dia disukai teman-temannya. Secara perlahan, anak akan menyadari bahwa tindakannya tadi merupakan sebuah kesalahan.

Source – pixabay

Memahami emosi merupakan kemampuan anak dalam mengenali perasaannya. Ada anak yang mudah mengendalikan emosi, beberapa tidak mengetahui caranya. Jika anak sulit mengatur emosinya, cobalah untuk membimbingnya.

Mulai dengan mengajak anak mengetahui batas kemampuannya. Ketika Anda menginginkan anak mempelajari sesuatu, jangan memaksanya. Sebaiknya, berikan pilihan agar anak bisa memutuskannya sendiri.

Source – pixabay

Televisi merupakan salah satu media massa paling berpengaruh saat ini. Melalui televisi, seseorang bisa mendapatkan informasi. Namun, apa pengaruhnya jika anak-anak dibiarkan menonton televisi tanpa bimbingan orang tua?

Tayangan televisi kerap memengaruhi pola pikir anak. Sikap dan perbuatan di tayangan televisi memancing anak untuk menirukannya. Tanpa Anda sadari, siaran televisi berpeluang membentuk karakter dan emosi anak.

Karena itu, Anda harus mendampingi anak ketika menonton televisi. Berikan tayangan yang mendidik dan positif. Hindarkan siaran televisi yang menampilkan tindak kekerasan.

Itulah strategi yang bisa Anda lakukan untuk mengendalikan emosi anak. Semoga artikel ini bermanfaat.

 

Exit mobile version