Banyak orang tua yang berkomentar bahwa mengasuh satu orang anak usia prasekolah (3-5 tahun) rasanya seperti mengasuh lebih dari satu orang anak. Karena pada usia prasekolah ini anak sudah bisa menunjukkan perilaku “bandel”, seperti pembangkangan pasif, ledakan fisik, kenakalan verbal, berbohong, dan berbuat curang. Bahkan di usia prasekolah ini anak sudah mampu melakukan sejumlah kecil perbuatan “licik” dan terencana. Mereka sudah menyadari bahwa tindakan mereka pun dapat memengaruhi orang lain.
Oleh sebab itu, pada usia prasekolah ini penting bagi Mama untuk mulai mengajarkan anak disiplin. Pembelajaran disiplin sebelum masa itu, terlebih disiplin yang kaku dan keras, justru menimbulkan efek negatif karena anak-anak tidak mengerti apa itu disiplin dan hukuman yang diberikan orang tua kepadanya. Hukuman hanya direspons dengan rasa takut, sedangkan anak tidak belajar apa-apa dari sebuah hukuman.
Pada awal penerapan disiplin pada anak usia prasekolah, biasanya Mama akan mendapat penentangan dari anak, terutama bila disiplin dilakukan pada anak yang lebih tua. Lalu apa yang sebaiknya Mama lakukan? Berikut beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam menegakkan disiplin pada anak:
Tetap bersikap tenang
Anak yang menentang perintah, lalu dipaksa menurutinya, biasanya menjadi marah dan membentak, menantang, berargumen, bahkan menyerang secara fisik. Jangan sampai Mama terpancing untuk ikut histeris atau menerima tantangannya itu dengan membalas argumennya. Bila Mama tahu anak melakukan perilaku yang salah, tetaplah bersikap tenang dan lakukan metode ketegasan. Jika amarah Mama terpancing, cobalah untuk kembali bersikap tenang dengan mengurung diri sebentar di kamar atau keluar rumah.
Konsisten
Kadang anak sengaja menguji konsistensi Mama dalam menegakkan peraturan. Hal itu merupakan hal wajar. Sebagai contoh, anak terus bermain walaupun sudah melewati batas waktu bermain yang telah disepakati bersama. Di sini kesabaran dan konsistensi Mama sedang diuji.
Tidak mudah berjanji
Jika sudah mentok dan bingung untuk membujuk anak, para Mama biasanya berjanji membelikan atau melakukan sesuatu untuk anaknya. Kebiasaan ini tidak baik dalam proses pendisiplinan anak, karena selanjutnya anak hanya akan patuh jika mendapat imbalan.
Sebaliknya, jika Mama tidak konsisten dalam menepati janji yang sudah dibuat, anak akan menganggap Mama sudah berdusta. Jika hal ini terjadi, kepercayaan anak pada orang tua pun menjadi berkurang. Anak juga akan menganggap berdusta adalah hal wajar yang boleh dilakukan semua orang, yang artinya ia pun boleh berdusta pada orang lain.
Memberi pilihan
Jangan hanya melarang, tetapi berikan pilihan kepada anak Mama. Misalnya, saat anak sedang latihan drumband di dalam rumah, sedangkan kebetulan Mama sedang tidak mood. Memintanya untuk segera menghentikan latihan bukan hal bijak. Karenanya, berikan ia pilihan, antara berhenti bermain atau bermain drumband di luar rumah. Jika ia tidak menggubris atau malah membantah, gandeng saja tangannya dan tuntun ia keluar rumah. Mama tidak perlu membentak atau memukulnya.
Memberi peringatan sebelumnya
Sampaikan permintaan Mama kepada anak beberapa menit sebelumnya. Jika anak sedang asyik menonton TV dan Mama ingin ia mandi, katakan padanya, “Ayo, Nak, mandi dulu”. Bila ia menolak karena sedang asyik-asyiknya menonton, tawarkan pilihan kepadanya seperti, “10 menit atau 20 menit lagi?”, lalu ia harus memilih salah satunya.
Anak biasanya menolak untuk langsung melakukan aktivitas lain ketika ia tengah tenggelam dalam aktivitas yang dianggapnya menyenangkan. Namun, jika sudah melebihi waktu yang ia pilih dan tetap berada di depan TV, Mama dapat bersikap tegas seperti mematikan TV dan mengingatkan kembali batas waktu yang sudah dipilihnya.
Jika perintah Mama tidak juga digubris atau bahkan anak berusaha menentang dan mengajak berargumen, saatnya Mama memberinya hukuman. Jangan habiskan waktu untuk berdebat dengan anak karena itulah yang diinginkan anak. Ia ingin membuat Mama tidak fokus pada perintah yang Mama sampaikan. Tetaplah fokus pada perintah, dan tidak perlu menanggapi alasan tidak masuk akal yang disampaikan anak.
Menghadapi anak usia prasekolah memang gampang-gampang susah. Mama dituntut untuk selalu siap memberikan respons terbaik sesuai sikap dan perasaan anak saat itu. Jangan sampai respons yang Mama berikan malah membuat anak bingung atau sakit hati.