Pernahkah Anda mendapati seorang ibu merisaukan berat badan anaknya yang turun, namun merasa biasa saja ketika tinggi badan buah hatinya tidak bertambah? Ya, sebagian besar masyarakat kita mengukur pertumbuhan dan perkembangan anak melalui penambahan berat badannya saja. Jika, sudah sedikit gendut atau tembam maka dianggap sudah sehat, sedangkan tubuhnya yang pendek sering dianggap karena faktor genetika. Padahal, bisa saja anak mengalami stunting. Apa itu stunting dan bagaimana pencegahan stunting pada anak?
Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak, yang membuat dirinya lebih pendek dibanding teman-teman seusianya. Kondisi ini disebabkan karena:
- Kurangnya asupan gizi pada anak sejak usia di bawah dua tahun, karena tidak mendapatkan ASI eksklusif atau MPASI (Makanan Pendamping ASI) yang diberikan kurang kualitas dan kuantitasnya.
- Kurangnya asupan gizi ini sejak dia berada dalam kandungan (gizi ibu buruk) dan berlanjut setelah kelahirannya.
- Karena pola hidup yang tidak sehat dan pola asuh.
- Jarak kelahiran terlalu dekat.
- Kehamilan di usia remaja.
- Tingginya kontaminasi bakteri pada makanan yang dikonsumsi (sanitasi yang buruk).
- Ibu hamil mengkonsumsi alkohol, sehingga janin yang terlahir mengalami Fetus Alcohol Syndrome (FAS).
Mengenali Gejala dan Dampak Stunting pada Anak
Dalam upaya mengenali gejala stunting pada anak, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah memantau tinggi badannya secara berkala.
Rumus Tinggi Potensi Genetik (TPG) Anak :
TPG Anak Laki laki : TB Ibu (cm) + 13 cm + TB Ayah ± 8,5 cm
2
Pemeriksaan Fisis : TB Ayah (cm) – 13 cm + TB Ibu ± 8,5 cm
2
Selain itu, Anda perlu waspada jika si kecil mulai menunjukkan gejala:
- Mudah terserang penyakit yang tidak umum terjadi pada balita
- Perkembangan tumbuh terhambat
- Berat badan cenderung menurun
Agar kondisi anak lebih terpantau, sebaiknya lakukan pemeriksaan secara rutin dan berkala di Posyandu atau Puskesmas terdekat setiap bulannya. Stunting umumnya akan berdampak lebih lanjut pada kesehatan seseorang, antara lain:
- Kesulitan belajar
- Kemampuan kognitif melemah
- Mudah lelah
- Berisiko tinggi untuk terserang penyakit infeksi dan penyakit kronis lainnya
- Kekerdilan atau pertumbuhan yang terhambat
- Pada wanita yang terkena stunting, ketika melahirkan berisiko besar mengalami komplikasi persalinan karena panggulnya yang kecil.
Pencegahan Stunting pada Anak
Seseorang yang mengalami stunting, kondisi pertumbuhannya tidak bisa dikembalikan lagi ke keadaan semula. Sehingga lambatnya laju pertumbuhan yang terjadi pada waktu balita tersebut akan terus berlanjut hingga dewasa.
Sekalipun saat dewasa Anda memberinya makanan bergizi tinggi, pertumbuhannya tetap tidak akan maksimal seperti pada anak-anak umumnya. Agar laju pertumbuhan yang terhambat tersebut tidak terjadi pada buah hati Anda, berikut pencegahan stunting yang dapat dilakukan:
- Pencegahan pada ibu hamil
Memberikan nutrisi dan memperbaiki gizi ibu hamil merupakan pencegahan stunting yang paling efektif, karena sebagian besar kasus stunting memang dimulai sejak bayi ada dalam kandungan. Jika berat ibu hamil kurang atau mengalami kurang energi kronis, maka perlu diberikan asupan tambahan pada ibu hamil. Selain itu, ibu hamil juga perlu mendapat vitamin tambah darah minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
- Pencegahan stunting saat bayi lahir
Setelah persalinan yang ditolong oleh dokter kandungan atau bidan yang terlatih, segera lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Berikan hanya ASI eksklusif hingga bayi berusia enam bulan.
- Pencegahan pada bayi usia 6 bulan hingga 2 tahun
Berikan MPASI (Makanan Pendamping ASI) bernutrisi tinggi sejak usia 6 bulan hingga lebih dari 2 tahun. Serta, berikan imunisasi-imunisasi dasar yang dibutuhkan pada usianya.
- Pencegahan berkelanjutan
Terapkan perilaku hidup sehat dan bersih pada setiap anggota keluarga, seperti: mencuci tangan sebelum makan, mengkonsumsi air bersih, membersihkan diri setelah buang air kecil maupun besar, membersihkan peralatan makan dan peralatan masak setelah digunakan, dan membersihkan toilet secara berkala.
Pencegahan stunting pada anak bukan hanya tanggungjawab ibu saja, namun juga seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, ayo ajak keluarga untuk lebih peduli pada kebersihan dan kesehatan bersama.