Banyak orang tua bertanya-tanya, pada usia berapa sih sebenarnya anak harus belajar membaca? Pertanyaan ini sepertinya akan selalu dilontarkan oleh orang tua sebelum anak-anak mereka bisa membaca. Ada banyak teori, komentar, dan sanggahan mengenai topik belajar membaca ini. Namun tidak ada satu teori mutlak pun yang dapat menegaskan bahwa anak harus mulai belajar membaca di usia sekian, dan bisa membaca dengan lancar di usia sekian.
Kurikulum pendidikan usia dini Indonesia, pada prinsipnya melarang mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung (sering disingkat calistung) di sekolah preschool. Namun karena dalam kurikulum sekolah dasar terdapat pelajaran yang harus menguasai calistung, maka sebagian sekolah TK dan playgroup mengajarkan murid-murid mereka membaca dan menjadikan pelajaran ini sebagai salah satu keunggulannya.
Orang tua kini dihadapkan pada pilihan, apakah akan memasukkan anak ke sekolah yang mengajak anak belajar membaca di usia dini, atau sekolah yang tidak menargetkan pada kemampuan membaca, namun menstimulasi minat dan kemampuan anak untuk belajar membaca. Tentu saja, keputusannya tetap ada pada orang tua dalam memilih yang terbaik untuk anak-anak mereka.
Terlepas dari memilih sekolah dengan pertimbangan belajar membaca tersebut, tentu ada beberapa hal yang bisa orang tua lakukan di rumah untuk menstimulasi gairah anak dalam membaca, tanpa memaksa anak belajar membaca. Berikut beberapa tips memperkenalkan budaya membaca pada anak, dengan menumbuhkan kecintaan anak pada buku:
-
Memberikan contoh bagi anak.
Orang tua yang gemar membaca akan lebih mudah menularkan kebiasaan baik ini kepada anak mereka. Anak usia dini merupakan peniru ulung kebiasaan baik (dan juga buruk) dari yang mereka lihat di sekitar mereka. Children see, children do. Dengan melihat orang tua sering membaca, anak pun akan meniru pula.
-
Membacakan cerita untuk anak.
Buku cerita dengan gambar dan warna menarik, dongeng yang diceritakan dengan dramatis pastinya menarik minat anak untuk memperhatikan orang tua saat membacakannya. Sembari membaca dan bercerita, orang tua bisa menyelipkan pesan, bahwa tentu lebih seru lagi jika anak bisa membaca sendiri kelanjutan ceritanya tanpa menunggu waktu luang orang tua.
-
Tetapkan waktu rutin untuk membaca bersama anak.
Orang tua dapat meluangkan waktu 15 hingga 30 menit setiap harinya untuk membaca bersama anak. Pilihlah waktu ketika orang tua dan anak sama-sama sedang bersantai dan tidak ada gangguan lain, misalnya telepon genggam atau suara televisi, agar anak dapat menuangkan perhatiannya pada cerita yang sedang dibacakan oleh orang tua. Kebiasaan baik ini diharapkan akan terbawa oleh anak hingga ia dewasa kelak.
- Biarkan anak memilih buku favoritnya.
Orang tua dapat menyediakan waktu untuk ke toko buku bersama anak beberapa minggu sekali. Biarkan anak melihat-lihat bahwa ada begitu banyak ragam dan jenis buku, variasi warna buku yang menarik, dan membiarkan anak memilih bukunya sendiri.
-
Memperlakukan buku dengan hati-hati selayaknya barang berharga.
Agar anak mengerti bahwa buku adalah sesuatu yang bernilai, orang tua hendaknya memberikan contoh untuk memperlakukan buku dengan hati-hati, seperti misalnya menyampul buku dan memberikan tempat khusus agar buku terawat dengan baik. Sehabis dibaca, buku ditutup kembali dan diselipkan bookmark jika ingin menandai bagian yang terakhir dibaca.
Anak yang memiliki kecintaan pada buku, dengan otomatis akan ingin belajar membaca dan banyak bertanya mengenai huruf dan bahkan cara menulisnya. Ketika anak mulai bertanya dengan antusias, orang tua dengan mudah dapat mengajak anak untuk belajar membaca. Selamat mencoba ya.