Jika Anda lihat sekeliling, banyak anak usia dini sudah mulai asyik bermain gadget. Bahkan, semenit saja tidak menyentuh, rasanya hampa dan akan merengek ke orang tua untuk bermain. Akibatnya, mereka lupa dengan sekitar karena terlalu sibuk dengan aktivitas bersama ponsel atau tablet. Bahkan, bermain bersama teman sebaya pun dirasa kurang asyik lagi.
Padahal, sejatinya gadget tidaklah baik untuk anak usia dini. Menurut para pakar psikologi, usia rata-rata anak berhak menerima gadget dan memainkannya adalah 12 tahun. Di usia tersebut, anak dirasa sudah mampu bertanggung jawab dengan apa yang dimiliki dan tahu batasan serta risikonya. Karena itu, untuk membatasi anak dari bermain ponsel atau tablet, Bunda bisa mengajarkan anak-anak permainan tradisional berikut:
Bebentengan
Permainan ini terdiri dari 8 orang atau lebih. Biasanya dibagi menjadi dua grup dengan anggota sama imbang. Setiap kelompok memiliki benteng masing-masing yang harus dijaga ketat agar tidak direbut lawan.
Fokus pada permainan tradisional bebentengan atau benteng ada pada bagaimana cara mempertahankan dan merebut benteng lawan. Dari sini, anak akan belajar banyak hal, di antaranya kerja sama dengan teman sekelompok, tidak mementingkan keinginan sendiri sehingga dapat merugikan kelompok dan kehilangan benteng, mengatur strategi dan anggota tim untuk dapat merebut benteng lawan dan menjatuhkan anggota lawan.
Meski harus menguras banyak energi karena berlari, anak akan senang lantaran memiliki banyak teman. Anak-anak pun belajar untuk bersosialisasi dan memahami setiap karakter teman-temannya, tidak lagi bersikap egois dan penutup.
Gobak Sodor
Gobak Sodor atau Galasin (Galah Asin) merupakan permainan kelompok yang terdiri dari 3-5 orang. Permainan ini membutuhkan kerja sama tiap anggota. Pasalnya, tiap anggota harus mampu menjaga area depan garis yang menjadi bagiannya.
Tujuan dari permainan tradisional ini adalah mencapai garis akhir dan kembali lagi ke tempat awal dengan anggota kelompok lengkap tanpa ada satu pun yang tertangkap. Jadi, kedua kelompok akan bergilir untuk menjadi penjaga garis atau lawan yang akan menerobos.
Dalam permainan Gobak Sodor, anak-anak akan belajar mengatur strategi dan menempatkan tiap anggota pada bagian-bagian sesuai kemampuan. Karena ada satu orang yang harus berjaga di bagian depan dan dapat mengakses keseluruhan area permainan yang memiliki tanda garis vertikal. Sementara anak-anak lain hanya akan menjaga garis horizontal dan menghadang lawan.
Congklak
Congklak merupakan permainan tradisional yang dimainkan dua orang dengan papan congklak dan biji congklak sebagai alat. Dalam permainan ini, anak dilatih untuk menabung dan mengalokasikan biji yang dimiliki dengan hati-hati. Anak-anak akan memikirkan strategi yang tepat agar biji congklak dapat masuk ke lumbung sendiri tanpa berhenti di lumbung lawan.
Jika biji berhenti di lumbung lawan yang kosong, maka permainan berhenti dan akan berganti ke lawan. Berbeda jika biji berhenti di lumbung sendiri yang kosong, dan bagian lawan terisi biji. Maka itu, seperti mendapat bonus dari biji lawan untuk ditabung di lumbung sendiri. Di akhir, siapa yang paling banyak menyimpan biji, maka dialah si pemenang.
Di sinilah, anak harus pandai-pandai menghitung biji yang dimiliki dan menjalankannya. Dia akan belajar risiko dari setiap langkah yang diambil. Anak pun akan belajar untuk berani menghadapi risiko ketika biji yang dimiliki harus berhenti di lahan lawan yang kosong.
Lompat Tali
Permainan tradisional lompat tali membutuhkan kerja sama antara dua orang yang bertugas untuk menjaga tali agar dapat sejajar dan seimbang. Pemain lain akan melompati tali sesuai ukuran. Dari mulai pendek sampai ke ukuran paling tinggi melebihi tangan yang dijulurkan ke atas.
Bermain lompat tali, tinggi anak dapat bertambah tanpa harus menggunakan obat. Karena dia harus berjuang untuk bisa melompati ketinggian tali tanpa menyentuhnya. Anak-anak pun diajak untuk berpikir kreatif bagaimana bisa terus melewati tali tanpa jatuh dan gagal.
Itulah empat permainan tradisional yang jauh lebih mengasyikkan dan memberi manfaat pada anak dibanding gadget.