Selective Mutism, Kondisi Mogok Bicara pada Anak yang Patut Dipahami Ortu

Dikutip dari situs NHS, selective mutism atau juga dikenal sebagai bisu selektif, adalah sejenis gangguan kecemasan yang parah. Kondisi itu membuat seseorang tidak dapat berbicara dalam situasi sosial tertentu, seperti ketika berhadapan dengan kerabat yang jarang ditemui atau teman sebaya yang baru dikenal.

Menurut para peneliti, gangguan ini biasanya dimulai selama masa kanak-kanak. Namun, juga bisa berlanjut hingga dewasa, terutama jika kondisi tersebut tidak ditangani dengan baik.

Sekilas kondisi ini mirip demam panggung, tetapi tentunya memiliki tingkat keparahan yang jauh lebih tinggi. Penderita selective mutism bukannya menolak atau memilih untuk tidak berbicara, mereka benar-benar tidak dapat melakukan itu dalam situasi tertentu.

Selain itu, selective mutism juga memengaruhi sekitar 1 dari 140 anak-anak. Namun, kondisi tersebut lebih sering ditemukan pada anak perempuan atau anak-anak yang belajar bahasa kedua.

Kendati demikian, anak dengan bisu selektif tetap dapat berbicara dengan bebas dan lancar kepada orang-orang yang membuat mereka nyaman, seperti orang tua, saudara kandung, atau sahabat.

1. Tanda-Tanda Selective Mutism

Selective Mutism

pixabay.com

Selective mutism biasanya dimulai pada usia dini, sekitar umur dua sampai empat tahun. Tanda pertama umumnya akan tampak saat anak mulai berinteraksi dengan orang-orang di luar keluarga mereka, seperti ketika si kecil mulai ditaruh di penitipan anak atau masuk sekolah.

Tanda awal yang paling mencolok adalah kemampuan anak saat berinteraksi dengan orang lain, yang ditandai dengan keheningan tiba-tiba atau ekspresi wajahnya yang mendadak kaku ketika dia diharapkan untuk berbicara dengan seseorang yang berada di luar zona nyamannya. Tanda-tanda lainnya seperti:

2. Penyebab Selective Mutism

pixabay.com

Para ahli menganggap bisu selektif sebagai sebuah ketakutan atau fobia berbicara kepada orang-orang tertentu. Penyebabnya tidak selalu jelas, tetapi terkait dengan kecemasan. Nah, berikut adalah beberapa pemicu yang sering dikaitkan dengan selective mutism:

Anak yang mengalami masalah kecemasan memiliki risiko lebih besar untuk menderita selective mutism. Kondisi ini biasanya ditandai dengan gangguan kecemasan yang parah, termasuk seringnya anak mengamuk dan menangis, takut berpisah, murung, masalah tidur, dan rasa malu yang ditunjukkan sejak bayi.

Pada beberapa kasus, anak dengan bisu selektif juga menderita gangguan pemrosesan sensorik. Akibatnya, mereka sering kesulitan dalam memroses beberapa informasi sensorik, dan kerap menunjukkan tanda-tanda seperti sensitif terhadap cahaya, suara, sentuhan, bau, dan rasa. Kondisi tersebut pada akhirnya akan membuat anak mulai menutup diri dan menghindari situasi sosial tertentu.

Perilaku orang tua yang terlalu protektif juga bisa menjadi pemicu bisu selektif pada anak. Ketika anak tidak memiliki kebebasan untuk menyuarakan keinginannya, pada akhirnya dia pun akan memilih untuk mogok bicara.

3. Penyembuhan Selective Mutism

pixabay.com

Penyembuhan bisu selektif dapat melibatkan kombinasi antara psikoterapi dan obat-obatan. Meski demikian, psikoterapi tentunya menjadi rekomendasi pertama yang bakal diberikan dokter kepada penderita gangguan kecemasan ini.

Dalam hal ini, strategi Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah jenis pengobatan yang paling sering dipakai untuk selective mutism. Melalui terapi ini, anak-anak akan diajarkan secara bertahap untuk terlibat dalam perilaku berbicara yang lebih banyak.

Jangan anggap remeh selective mutism karena jika tidak diobati dengan baik, kondisi itu akan terus menempel sampai anak dewasa. Selain itu, melalui penanganan dini, anak tentunya akan memiliki peluang yang lebih besar untuk sembuh.

Exit mobile version