Stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan oleh gizi buruk dan infeksi berulang. Masalah kesehatan ini sudah ada sejak dulu, namun kembali mencuat ke permukaan karena jumlah kasus di Indonesia meningkat tajam dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini kemudian menjadi concern para orangtua serta pakar kesehatan. Stunting pada anak tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan. Tapi juga bagi keterampilan sensorik, motorik, bahasa, dan kognitif anak.
Kasus stunting yang menghambat masa depan anak ini sebenarnya bisa dihindari dengan tindak pencegahan sejak masa kehamilan. Berikut cara pencegahannya menurut Kemenkes.
Penuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Via Freepik
Sejak masa kehamilan, nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu akan sangat bermanfaat bagi proses pertumbuhan dan perkembangan janin. Organ tubuh akan terbentuk dengan baik dan berat badannya pun ideal. Para ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi. Pada beberapa kasus, konsumsi juga suplemen yang direkomendasikan dokter. Jangan lupa rutin memeriksakan kondisi ibu dan janin ke dokter.
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
ASI merupakan sumber gizi terbaik yang bisa didapatkan oleh bayi baru lahir untuk tumbuh kembang sempurna. Di dalam ASI juga terdapat kandungan protein whey dan kolostrum yang baik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi dari segala serangan penyakit. Oleh karena itu, ibu dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayi selama 6 bulan pertama sejak kelahirannya.
MPASI sehat dan tepat
Via Freepik
Ketika bayi sudah menginjak usia 6 bulan, pemberian ASI bisa diselingi dengan makanan pendamping ASI atau MPASI. Perhatikan menu MPASI yang kaya gizi dan nutrisi untuk pencegahan stunting. Selain itu, berikan MPASI dengan tepat. Mulai dari takaran hingga tekstur yang sesuai dengan kemampuan mengunyah dan menelan si buah hati.
Memberikan MPASI bagi bayi merupakan tantangan tersendiri. Selain harus pintar menentukan menu bergizi, Anda juga harus bersabar karena bayi kerap melakukan GTM (Gerakan Tutup Mulut) yang membuat jadwal makan berantakan. Atasi hal ini dengan konsultasi dengan dokter anak ataupun psikolog anak.
Pantau pertumbuhan anak
Anak-anak bertumbuh dengan cepat ketika mendapatkan asupan gizi yang sempurna. Oleh sebab itu, sebenarnya gejala stunting bisa dikenali sejak dini. Yang perlu Anda lakukan adalah memantau pertumbuhan anak, terutama berat badan dan tinggi anak.
Sediakan buku catatan khusus untuk mencatat hal tersebut, bila perlu tambahkan histori penyakit dan pemulihan. Cocokkan dengan tabel tumbuh kembang ideal anak. Jika tumbuh kembang anak di bawah rata-rata, segera konsultasikan ke dokter agar bisa segera ditangani dan tidak berlanjut menimbulkan masalah kesehatan baru.
Jaga kebersihan
Selain akibat kekurangan gizi, lingkungan tempat tinggal yang kotor juga bisa meningkatkan resiko stunting karena anak rawan terserang berbagai penyakit. Maka, orang tua wajib menjaga kebersihan tempat tinggal. Perhatikan pula kebersihan diri dan anak untuk memastikan tidak ada virus serta kuman penyakit yang menyebar. Tidak lupa untuk mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air. Bahan makanan juga perlu dicuci dengan air bersih sebelum diolah.
Imunisasi rutin
Via Freepik
Anak yang sering sakit akan berpeluang lebih besar mengidap stunting karena energinya banyak dihabiskan untuk proses pemulihan dibandingkan pertumbuhannya. Resiko serangan penyakit seperti flu, campak, polio, hepatitis, tetanus, difteri, dll dapat diminimalisasi dengan imunisasi rutin.
Yuk, bersama kita saling menginformasikan tindak pencegahan di atas agar semakin berkurang angka stunting anak di Indonesia!