Sekilas, anak ini mungkin idaman semua orang tua. Baik, penurut, hingga selalu berusaha mengerjakan semua tugas dengan baik dan benar. Anda mungkin juga akan senang, karena si kecil sepertinya berusaha menyenangkan Anda. Tapi, anak yang perfeksionis ternyata juga punya kelemahan.
Anak yang baik pasti ingin selalu membuat orang tua dan gurunya bangga. Mereka juga ingin selalu disenangi teman-teman. Namun, anak yang perfeksionis justru tidak sehat. Selain rentan stres dan mudah sakit, anak seperti ini juga akan mengalami masalah dalam perkembangan mental dan kecakapan sosialnya.
Agar anak bisa tumbuh dengan sehat, bahagia, dan bersikap lebih santai, inilah empat (4) siasat yang dapat Anda coba:
-
Hindari perbandingan dan tuntutan yang terlalu mengekang.
Misalnya: teman sekolah anak selalu mendapatkan ranking pertama, sementara anak hanya di urutan ke sepuluh. Padahal, Anda sudah melihat mereka belajar sekeras mungkin. Jangan sampai keluar ucapan seperti: “Kok kamu tidak bisa seperti dia, sih?”
Sesuaikan pendekatan komunikasi yang tepat dengan usia dan perkembangan mental anak. Yakinkan pada mereka bahwa yang penting mereka berusaha dan akan selalu dicintai. Jangan lupa, ingatkan juga bahwa mungkin mereka masih punya kelebihan lain yang tidak kalah bagusnya.
Boleh saja bercerita mengenai kesuksesan Anda di masa sekolah dulu (seperti menjadi juara debat atau lomba Bahasa Inggris). Tidak ada salahnya menginspirasi mereka untuk mengikuti jejak Anda atau berusaha lebih baik lagi. Namun, ingatkan juga bahwa mereka tidak perlu melakukan hal yang sama dengan Anda.
Biarkan anak menemukan dan mengembangkan bakat dan kemampuannya sendiri.
-
Biarkan anak belajar dari kesalahannya sendiri.
Anak yang perfeksionis biasanya sangat takut berbuat salah. Selain takut kena marah, mereka mudah merasa kecewa dan tidak percaya diri. Meskipun sebaiknya jangan terbiasa berbuat salah, yakinkan mereka bahwa sesekali melakukan kesalahan itu wajar dan manusiawi.
Ajari mereka juga bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Hindari memuji berlebihan sekaligus mengkritik terlalu keras. Bila anak berhasil mendapatkan nilai bagus, jangan gunakan pujian berupa: “Anak yang selalu cerdas” atau “Sempurna”. Bila nilainya jelek, jangan juga menanggapinya terlalu santai.
Biarkan si kecil berusaha menyelesaikan PR-nya sendiri, karena tugas orang tua hanya membantu menunjukkan caranya. Bila mereka melakukan kesalahan, ajaklah untuk sama-sama berpikir dan mencari jalan keluarnya.
-
Jangan berikan jadwal kegiatan terlalu banyak.
Biarkan anak tumbuh dan berkembang selayaknya anak-anak normal lainnya. Mereka juga butuh istirahat dan bermain. Jadwal kegiatan yang terlalu banyak rentan membuat mereka kelelahan. Anak yang perfeksionis akan merasa bahwa dirinya baru sempurna setelah menyelesaikan banyak hal dengan baik.
Padahal, manusia juga punya keterbatasan. Ajaklah mereka fokus pada kegiatan yang benar-benar mereka sukai. Jangan sampai mereka ikut satu kegiatan hanya karena ikut-ikutan teman atau biar dianggap hebat. Sediakan waktu untuk mereka beristirahat dan bersantai, agar tidak menjadi ambisius di usia yang terlalu muda.
-
Jadilah contoh yang baik dalam belajar dari kesalahan.
Salah satu pemahaman keliru yang sering dipercayai anak yang perfeksionis adalah: orang dewasa tidak pernah berbuat salah. Namun, ini bukan berarti Anda membocorkan semua aib Anda pada mereka. Hal ini dapat menjadi bumerang dan mengurangi rasa hormat mereka pada Anda.
Cukup lakukan hal sederhana. Misalnya: bila sadar telah membuat kesalahan pada anak, minta maaflah pada anak. Tidak hanya menjadi orang dewasa yang berbesar hati, Anda juga sekalian mengajarkan mereka mengenai kerendahan hati.
Inilah empat (4) cara membuat anak yang perfeksionis bersikap lebih santai. Semoga mereka akan merasa lebih berbahagia.