Setiap orang tua berharap diberkahi anak yang sempurna fisik dan psikisnya. Namun, banyak faktor yang memengaruhi perkembangan janin sejak dalam kandungan sehingga ketika lahir anak mengalami kecatatan. Menurut Heward dan Orlansky (1992), seorang anak dikatakan berkebutuhan khusus (memiliki disabilitas) jika memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, namun tidak selalu menunjukkan ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Anak yang digolongkan ke dalam kategori berkebutuhan khusus adalah tunarungu, tunanetra, tunalaras, tunadaksa, kesulitan dalam belajar (disleksia), anak berbakat, serta anak yang mengalami gangguan kesehatan dan perilaku.
Sebagai orang tua, Anda dituntut untuk memberikan perhatian dan kasih sayang ekstra dalam mengasuh anak yang menyandang disabilitas. Dibutuhkan pula peran dan kerja sama dengan guru juga lingkungan sekitar agar anak dapat tumbuh dengan memaksimalkan potensinya. Berikut ini beberapa tips bagi orang tua dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus.
-
Antisipasi reaksi anak
Orang tua harus memahami bahwa penyandang disabilitas memiliki reaksi yang berbeda dibandingkan anak normal lainnya. Orang tua diharapkan dapat mengenali tanda-tanda dan mengantisipasi jika anak memberikan reaksi yang meledak-ledak (tantrum). Umumnya ditandai dengan sikap marah, menjerit, berteriak, dll.
Pada saat tantrum, komunikasikan apa yang seharusnya terjadi pada anak dengan penjelasan yang bersifat konkret. Berikan waktu anak untuk menenangkan diri dan tempatkan anak di tempat yang aman. Namun, jika perilaku tantrum tidak reda, berikan anak pelukan erat yang membuat mereka merasa nyaman dan terlindungi.
-
Biarkan anak beraktivitas normal
Anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak untuk hidup normal seperti anak lainnya. Saat beraktivitas di luar rumah, biarkan anak bersosialisasi dengan anak lain. Lakukan aktivitas yang menyenangkan dan disukai anak-anak pada umumnya. Namun, antisipasi jika terdapat tanda-tanda anak mendapatkan intimidasi atau kekerasan dari anak lainnya.
-
Berikan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus membutuhkan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan mereka. Contohnya, tunarungu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat dan tunanetra membutuhkan teks bacaan dalam bentuk huruf Braille. Menurut Undang-Undang, anak berkebutuhan khusus berhak menempuh pendidikan di sekolah reguler atau di sekolah inklusif (Sekolah Luar Biasa), mulai dari TKLB untuk anak usia dini hingga SMALB.
Saat akan memilihkan sekolah inklusif untuk anak, pertimbangkan jarak sekolah ke rumah, kenali fasilitas yang dimiliki sekolah apakah dapat memfasilitas kebutuhan khusus anak Anda, perhatikan kurikulum yang ditawarkan sekolah, dan kenali tim profesional yang akan membantu menangani anak Anda.
-
Bawa anak ke terapis atau ahlinya secara teratur
Konsultasikan kondisi anak Anda pada dokter atau terapis yang mengerti masalah anak berkebutuhan khusus secara teratur. Hal tersebut dapat membantu Anda mengenali sejauh mana perkembangan anak Anda dan menemukan solusi jika terdapat masalah dan mengontrol gejala yang berhubungan dengan perilaku anak Anda.
-
Jadilah orang tua yang proaktif
Orang tua dituntut untuk terus belajar dan mencari ilmu baru mengenai pengasuhan anak yang menyandang disabilitas. Anda dapat bergabung dengan komunitas orang tua dengan anak berkebutuhan khusus, juga bertanya pada terapis dan konselor.
-
Rencanakan dengan baik jika ingin menambah anak
Membesarkan anak berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian khusus dan waktu yang lebih banyak. Oleh karena itu, disarankan orang tua yang ingin menambah anak untuk merencanakan baik-baik strategi pengasuhan anak agar tidak ada anak yang merasa terabaikan ke depannya.
Demikian beberapa tips dalam menghadapi, mendidik, dan mendampingi anak berkebutuhan khusus. Semoga bermanfaat.
All comments (2)
Mengetahui Gejala Tantrum pada Anak Usia Dini, Yuk! - APPLE TREE PRESCHOOL BSD
[…] tentu saja ada kesulitan untuk bisa mengungkapkan keinginannya secara gamblang. Oleh karena itu, ledakan emosi pada anak pun muncul karena kegagalan dalam mengomunikasikan keinginannya […] Read More[…] tentu saja ada kesulitan untuk bisa mengungkapkan keinginannya secara gamblang. Oleh karena itu, ledakan emosi pada anak pun muncul karena kegagalan dalam mengomunikasikan keinginannya […] Read Less
ReplySonny Gims
Yogya Music Therapy Camp Music Therapy bermaksud menolong anak dan dewasa untuk mengoptimalkan hidup melalui terapi yang menggunakan musik. Tidak perlu kemampuan bermain musik apapun untuk mendapatkan manfaat dari terapi musik kami. […] Read MoreYogya Music Therapy Camp Music Therapy bermaksud menolong anak dan dewasa untuk mengoptimalkan hidup melalui terapi yang menggunakan musik. Tidak perlu kemampuan bermain musik apapun untuk mendapatkan manfaat dari terapi musik kami. Program terapi musik sesuai untuk individu dengan kesulitan konsentrasi, keterbatasan fisik, hambatan mental, hambatan usia, hambatan medis, atau kebutuhan khusus (ADHD, Alzheimer, Autis, Cerebral Palsy, Dementia, Down Syndrome, dan lain sebagainya). Daftarkan diri segera di Yogyakarta tanggal 26 - 27 Mei 2017 (awal puasa) Hubungi : 0896 5078 0333 – 0822 6159 5979 atau melalui email [email protected], Klik web : http://www.musictherapycentreindonesia.com Read Less
Reply