Tidak seperti vaksin untuk imunisasi dasar, vaksin tambahan untuk anak tidak mendapatkan subsidi pemerintah. Hal ini bukan berarti vaksin tambahan untuk anak tidak diperlukan. Vaksin tambahan dikategorikan sebagai “dianjurkan” untuk mencegah anak terjangkit penyakit berbahaya di masa depan.
Nah, bagi Bunda yang memiliki anak berusia 2-6 tahun dianjurkan untuk memberikan vaksin tambahan sebagai pelengkap kekebalan tubuh anak. Berikut ini beberapa vaksin tambahan untuk anak yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI):
Hepatitis A
Vaksin hepatitis A dapat mulai diberikan pada anak berusia 2 tahun atau lebih. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 6-12 bulan. Tidak ada studi yang menunjukkan risiko pemberian vaksin hepatitis A pada anak di bawah 2 tahun. Meskipun demikian, IDAI tetap menganjurkan agar vaksin ini diberikan pada anak di atas 2 tahun.
Sediaan vaksin mengandung virus hepatitis A yang tidak aktif namun mampu merangsang tubuh membentuk antibodi aktif. Vaksin ini diberikan melalui injeksi pada lengan atas. Efek samping yang mungkin timbul bersifat ringan dan sementara seperti bengkak pada tempat penyuntikan atau sakit kepala.
Tifoid
Vaksin tifoid hanya dapat diberikan untuk anak berusia 2 tahun atau lebih. Vaksin tifoid memiliki 2 bentuk sediaan yaitu sediaan oral dan sediaan injeksi. Meskipun demikian, vaksin tifoid dalam bentuk sediaan oral sudah tidak beredar lagi di Indonesia.
Untuk sediaan oral, vaksin tifoid mengandung bakteri Salmonella typhi hidup yang dilemahkan. Sebaliknya, bakteri yang mati (tidak aktif) diberikan dalam bentuk injeksi. Vaksin tifoid dapat diberikan ulang dalam interval 3 bulan.
Reaksi efek samping yang mungkin timbul ringan dan bersifat sementara. Reaksi tersebut dapat berupa kemerahan dan bengkak pada tempat penyuntikan atau demam dan sakit kepala. Efek samping yang perlu diperhatikan adalah gejala alergi berat yang timbul beberapa menit hingga 2 jam setelah vaksinasi.
Varisela
Berdasarkan rekomendasi IDAI tahun 2017, vaksin varisela dapat diberikan sejak anak berusia 1 tahun. Meskipun demikian, waktu terbaik untuk pemberian vaksin ini pada usia sebelum masuk sekolah dasar (sekitar usia 5 tahun).
Vaksin varisela berisi virus Varicella-Zoster yang dilemahkan dan diberikan melalui injeksi. Vaksin ini memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit cacar air. Menurut rekomendasi IDAI, vaksin varisela cukup diberikan 1 kali bila diberikan sebelum anak berusia 13 tahun.
Influenza
Vaksin influenza sudah dapat diberikan pada anak berusia 6 bulan dan diulang setiap setahun sekali. Vaksin influenza terdiri dari 2 bentuk sediaan yaitu sediaan semprot hidung dan sediaan injeksi.
Vaksin influenza dalam bentuk sediaan semprot hidung mengandung virus hidup yang dilemahkan. Sebaliknya, vaksin yang berbentuk injeksi mengandung virus yang dinonaktifkan atau virus rekombinan.
Pneumokokus atau PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)
Vaksin PCV merupakan vaksin yang mengandung protein konjugasi untuk merangsang kekebalan terhadap infeksi Streptococcus pneumoniae. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap penyakit pneumokokus invasif (invasive pneumococcal disease atau IPD). Penyakit ini dapat berupa meningitis, bakteremia, atau pneumonia.
Vaksin ini tidak termasuk ke dalam bagian imunisasi dasar meskipun sudah dapat diberikan sejak anak berusia 2 bulan. Vaksin diberikan melalui injeksi dan dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lain seperti DPT, HiB, atau varisela. Bila anak Bunda telah berusia 2 tahun namun belum menerima vaksin ini sama sekali maka cukup diberikan satu kali.
Vaksin tambahan untuk anak memang tidak gratis dan memerlukan biaya tambahan. Akan tetapi, manfaat yang dapat diterima oleh anak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, bila Bunda memiliki kemampuan, janganlah ragu memberikan vaksin tambahan untuk anak.